Pohon pisang boleh dikatakan tanaman yang sangat merakyat, bisa tumbuh dihampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan rasa buahnya yang manis, pisang yang masih mentah maupun yang sudah masak, juga bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan selain juga pelepahnya bisa untuk berbagai macam kerajinan handicraft. Mengenai kerajianan unik dari pelepah pisang anda bisa klik disini..!
Tidak Mengejutkan untuk menjadi buah yang paling populer tetapi peringkat ke empat sebagai makanan pokok setelah gandum, beras dan jagung. Dibeberapa daerah miskin di planet ini, pisang dikonsumsi 70% dari konsumsi makanan.
Pohon pisang hanya tumbuh satu tandan pisang dan kemudian mati, untungnya pohon itu menciptakan tunas baru (tanaman bayi) sebelum akhirnya mati. Siklus ini berlangsung selama sepuluh tahun. Pisang merupakan salahsatu dari berbagai jenis buah-buahan tropis yang berada dan banyak dikembangkan di Indonesia. Syarat tumbuh yang toleran dalam lingkungan yang luas dan juga tekhnik budidaya yang relatif mudah membuat pisang banyak dibudidayakan. Dari segi harga, pisang termasuk komoditas yang memiliki harga relatif stabil sehingga lebih memberikan jaminan keuntungan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas
perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang
sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan
total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor
pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari
pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan
kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga
atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil
adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita
sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunanpisang mungkin dilakukan.
Tanaman pisang sekali
kita tanam jauh lebih repot membasmi daripada menanamnya. Begitulah tanaman
bandel ini, dibiarkan pun tetap akan menghasilkan buah, mungkin itulah yang
menyebabkan kebanyakan petani agak enggan merawat tanaman pisangnya. Padahal
dengan sejumlah masukan teknologi yang telah dipublikasikan pisang ambon atau
buai yang dipelihara dengan baik mampu menghasilkan buah minimal 30 kg/tandan,
kira-kira satu setengah sampai dua kali lipat dari tanaman yang tidak dirawat.
Kalau harga tiap kilo misal Rp. 1000,- maka dapat menghasilkan Rp. 30.000,-
pertandan. Beberapa kegiatan perawatan/pemeliharaan yang perlu mendapat
perhatian adalah :
1). Pemangkasan, pemangkasan daun kering bertujuan untuk pencegahan penularan
penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan dan melindungi buah dari
goresan daun. Saat pembungaan setidaknya ada 6-8 daun sehat, agar perkembangan
buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan dilakukan sebaiknya
tidak dilakukan pemangkasan daun lagi, daun bekas pangkasan dari tanaman sakit
dikumpulkan dan kemudian dibakar. Alat pemangkasan sebaiknya disterilkan dengan
desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau alkohol.
2). Penyiangan dan Penggemburan Tanah, tanah disekitar pohon pisang harus
dibersihkan dari rumput pengganggu/gulma, sekaligus digemburkan dengan cangkul
bkecil (koret). Penggemburan tanah tidak boleh terlalu dalam karena perakaran
pisang itu dangkal dan pekerjaan dilakukan sesuai dengan kondisi kebun. Bila
gulma tidak banyak maka yang perlu dilakukan adalah penggemburan tanah agar
perakaran dan bonggol pisang bisa berkembang dengan baik. Pengendalian gulma
secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan,
terutama 3 bulan pertama pengendalian gulma harus dilakukan secara intensif.
Setelah tanaman berumur 5 bulan pengendalian mulai dikurangi karena kanopi
tanaman telah saling menutupi sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma.
Penyiangan dilakukan selang waktu 2-3 bulan.
Saat ini pengendalian gulma dapat dilakukan dengan herbisida karena tanaman
sudah cukup tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida seperti DMA G,
Paracol dan Herbisol sesuai dosis anjuran di kemasan. Penggunaan herbisida
umumnya tergantung pada musim, musim kering menggunakan herbisida sistemik dan
musim hujan menggunakan herbisida kontak. Kebersihan kebun di bawah tanamanpisang penting sekali, karena gulma dan sisa-sisa batang pisang yang ada dapat
merupakan sarang hama penggerek batang. Hati-hati dengan penggunaan tanaman
penutup tanah seperti Centrosema, Indigofera dan lain-lain yang dapat bersifat
racun terhadap tanaman pisang.
3).Pembumbunan, perlu dilaksanakan bila
umbi pisang muncul ke permukaan tanah, demikian juga pada waktu tanaman pisang menghasilkan rumpun (beranak). Hal ini dimaksudkan agar perakaran bisa
berkembang lebih baik sekaligus memperkuat pertumbuhan tanaman pisang.
4). Pengairan, perakaran tanaman pisang dangkal, dekat dengan permukaan tanah
namun tanaman ini tahan terhadap kekeringan atau kekurangan air karena
perakarannya banyak mengandung air. Apabila tandan buah keluar pada musim
kemarau, maka tandannya pendek pendek dan kecil-kecil. Kenyataan ini maka para
ahli melakukan pengairan tanaman pisang pada musim kemarau, ternyata tandan
buahnya jadi panjang dan buahnya juga besar-besar. Oleh karena itu pemberian
air pada musim kemarau perlu sekali dilakukan terutama bila tanaman akan
berbunga ataub berbuah. Musim kemarau kebun pisang perlu diairi minimal sebulan
sekali agar kelembaban tanahnya terjaga.
5) Penjarangan Anakan, bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak
tanam dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan
dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan) dan 1
anakan muda (umur 3 bulan) yang dilakukan rutin setiap 6 - 8 minggu. Anakan
yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat terbuka dan
yang terletak diseberangnya, jadi setiap rumpun supaya dijaga tinggal 3 anakan,
yang lain dibuang hati-hati supaya hasilnya tinggi. Setelah bunga terakhir pada
jantung mekar yang ditandai dengan pertumbuhan uler pisang lambat sekali segera
sisa jantung dipotong. Pemotongan jantung pisang dapat meningkatkan produksi
buah antara 2 - 5%.
6). Perawatan Tandan, membersihkan daun sekitar tandan terutama daun yang sudah
kering dan membuang buah pisang yang tidak sempurna pada 1-2 sisir terakhir,
diikuti dengan pemotongan bunga jantan agar buah pada tandan diatasnya dapat
tumbuh dengan baik. Buah dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru
ukuran 1m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah darin kerusakan oleh
serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus tandan yang mempunyai masa
pembuahan sama dapat diberi tanda (misal dengan tali rafia yang sama0. Hal ini
untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buah seragam.
Sebelum buah dipanen agar tanaman tidak roboh dapat ditopang dengan bambu atau
dengan mengikat pangkal tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara
barisan tanaman pisang.
7). Sanitasi Kebun, bertujuan untuk menjaga lingkungan kebun tetap sehat,
sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan
45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan
dan pembuangan sisa tanaman bekas panen.
Sumber : 1).Teknologi Budidaya Pisang, B2P2TP Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2008. 2) Budidaya Pisang, Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar
Minggui Jakarta Indonesia, 1980. 3). Budidayabpisang, DEPTAN, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Palangkaraya, 2000. (siti hafsah husas, PP Pusbangluh).
Dalam suatu
penyuluhan sekitar April lalu, Wartono, Kepala Badan Ketahanan Pangan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (P4K) Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah mengimbau, petani hendaknya lebih selektif dalam memilih komoditas
tanaman yang hendak dijadikan tumpuan. Sebab jika salah memilih bukan
keuntungan yang didapat, tetapi kerugian pasti dituai.
Sebagai tawaran,
tuturnya, budidaya pisang bisa menjadi pilihan yang cocok. "Karena, pisang lebih mudah dikembangkan tak terlalu rewel pada kondisi tanah dan umumnya cocok
untuk lahan di kabupaten ini. Selain itu, resikonya lebih mudah dikendalikan
dibandingkan komoditas pertanian perkebunan lainnya."
Apalagi, imbuh
Wartono, tanaman pisang termasuk dalam kategori tanaman yang jarang terserang
hama, sehingga lagi-lagi resiko kegagalan bisa diminimalkan. "Hanya saja,
dalam bertanam, tetap harus menggunakan teknologi yang tepat guna dan
sasaran," ujarnya.
Lebih terperinci lagi Wartono
menjelaskan, "untuk mengembangkan satu hektare lahan kebun pisang, maka
langkah persiapan pertama yang harus dilakukan adalah membuat lubang ukuran
satu meter persegi dengan jarak lima meter antar tanaman."
Tujuannya untuk
memberikan ruang tanaman ketika beranak hingga enam batang. Dengan jarak
antartanaman lima meter, maka dalam satu hektare lahan akan mampu menampung 400
batang pohon pisang. "Lubang tanam diberikan pupuk organik 0,7 kilogram,
ditambah garam dan gamping secukupnya. Baru kemudian ditanami," jelasnya.
"Harga bibit
pisang sekarang rata-rata Rp 5.000 per batang, sedangkan biaya tanam untuk satu
hektare mencapai Rp 3,2 juta dengan kebutuhan pupuk organik hingga 26
rit," tambah Wartono lebih lanjut.
Dia lalu menerangkan,
ketika tanaman pisang sudah tumbuh dengan baik, maka paling sedikit akan ada
enam pohon yang bisa dipanen tiap harinya dari 400 pohon (belum termasuk
anakannya, red.). "Jika harga setandan pisang kualitas bagus rata-rata Rp
40.000, maka Rp 240ribu bisa dikantongi petani setiap harinya. Kami berani
menyampaikan ini, karena memang sudah menerapkannya," katanya.
Wartono
mengungkapkan, dalam waktu dekat ini, instansi dinas tempat dia bertugas, akan
membuat demonstration plot (demplot) paling sedikit dua hektare untuk
memberikan contoh bagi petani dalam waktu dekat. "Pisang hampir selalu
dibutuhkan. Apalagi, varian produk dari pisang sangat banyak. Mulai dari selai,
ledre, hingga kripik pisang. Selain juga untuk dibuat berbagai macam kerajinan dari pelepahnya. Saya yakin, budidaya tanaman pisang memiliki
prospek yang baik," tandasnya.
Belum Pernah Kecewa
Fakta tentang, betapa
untungnya menanam pisang seperti yang diungkapkan Wartono, diamini petani
piasng di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. "Pisang ini biasa dijual di pasar
swalayan, harganya Rp 15.000 per sisir," ucap Widodo (49) seraya
menjulurkan satu sisir pisang ambon berwarna hijau muda yang kemudian
diletakkannya di atas meja kayu di hadapannya. Padahal, Widodo menjual pisang
tersebut hanya Rp 9.000-Rp 10.000 per sisir, yang terdiri atas 20 buah, kepada
para pengepul. Kendati demikian, ketua kelompok tani Alam Usaha Agung ini tidak
pernah merisaukannya. "Budidaya pisang itu menguntungkan, perawatannya
mudah, dan hasilnya lumayan," ucapnya, sambil tersenyum.
Baginya, harga jual
pisang kepada konsumen dengan harga jual dari petani masih sepadan. Terlebih
lagi, harga pisang selalu menanjak setiap tahunnya. Tak heran, Widodo bersama
sekitar 600 petani dan buruh tani di Desa Bangunsari, Kecamatan Patebon,
Kabupaten Kendal, masih mengandalkan pisang untuk meningkatkan taraf hidup
mereka.
Sejak mulai berbudidaya pisang pada awal tahun 2003, Widodo belum pernah dikecewakan dengan
komoditas andalan desanya ini. "Awalnya saya hanya memiliki lahan 0,75 hektare,
sekarang sudah 7 hektare. Semua itu didapat dari hasil budi daya pisang,"
tutur Widodo.
Untuk satu kali masa panen pisang raja bulu di atas lahan satu hektare misalnya, Widodo bisa
memperoleh penghasilan rata-rata Rp 105 juta per tujuh bulan. Jika dipotong
biaya produksi untuk membeli bibit, pupuk, sewa tenaga kerja, dan pembuatan
drainase dengan total pengeluaran sekitar Rp 27 juta, ia masih bisa mengantongi
Rp 78 juta per hektare.
Jumlah itu sudah
dikurangi dengan tanaman pisang yang rusak karena terserang jamur, kata bapak
empat anak ini. Pisang raja bulu tersebut dijualnya seharga Rp 6.000-Rp 7.000
per sisir atau Rp 35.000 per tandan. Widodo memperkirakan bisa memperoleh
sekitar Rp 100 juta untuk satu kali panen di atas lahan satu hektare.
Lebih Menguntungkan
Sebelum beralih kepisang, petani di Desa Bangunsari umumnya menanam jagung dan cabai untuk
bersandar hidup. Namun, tidak stabilnya harga dua komoditas tersebut membuat
sebagian petani beralih ke komoditas lain, termasuk di antaranya pisang.
"Saya sudah pernah coba menanam tebu untuk dikirim ke Pabrik Gula Sragi,
tetapi hasilnya tetap lebih menguntungkan pisang," kata Widodo.
Alhasil, Widodo hanya
menanami seluruh lahannya dengan pisang. Lahan 5,5 hektare untuk pisang ambon
dan 1,5 hektare lagi ditanami pisang raja bulu.
Dedi Mulyadi (35),
petani pisang lainnya di Desa Bangunsari, juga memperoleh berkah dari hasil
budi daya pisang. Ia mampu memperoleh penghasilan Rp 2,5 juta per bulan dari
hasil menanam pisang di lahan seluas seperdelapan hektare dan menjadi buruh
tani. Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anak, ucap mantan buruh pabrik yang
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ini.
Setelah terkena PHK,
bapak satu anak ini langsung menekuni dunia pertanian. Kemudian dalam jangka
waktu empat tahun, Dedi akhirnya berhasil memiliki lahan sendiri seluas 1.250
meter persegi yang ditanami pisang. "Padahal, waktu awal bertani, saya
masih menyewa lahan yang saya gunakan untuk menanam," katanya.
Kepala Desa
Bangunsari Nurqosim mengatakan, sejak tahun 2003, budi daya pisang menjadi
sandaran hidup sekitar 600 keluarga di desanya. Dari sekitar 200 hektare luas
lahan pertanian di desanya, 148 hektare di antaranya ditanami pisang raja buludan ambon, sedangkan sisanya cabai dan jagung.
Ekspor ke Jepang
Masyarakat meyakini,budi daya pisang bisa menghasilkan keuntungan yang memadai asal diikuti dengan
pemasaran yang baik. Untuk itu, lanjut Nurqosim, kelompok tani pisang di
daerahnya telah memiliki mitra kerja dengan PT Sunrise di Jakarta untuk memasarkan
produk mereka.
Kepala Dinas
Pertanian Kendal Subaedi mengakui, pisang ambon yang dihasilkan di Kecamatan
Patebon dipasarkan ke sejumlah kota, seperti daerah Bandungan, Kabupaten
Semarang, dan daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Sementara untuk pisangraja bulu dipasarkan ke Jakarta dan sebagian diekspor ke Jepang.
Kendati demikian,
belum ada daerah lain di Kabupaten Kendal yang memanfaatkan lahannya untuk budidaya pisang. Alhasil, dalam kurun waktu tiga tahun, luas lahan yang ditanami
pisang di Kabupaten Kendal terus menurun. Menurut data Dinas Pertanian Kendal,
luas lahan yang ditanami pisang pada tahun 2005 mencapai 5.088,1 hektare, pada
tahun 2006 menjadi 3.825,3 hektare, dan menyusut kembali menjadi 3.678,7
hektare pada tahun 2007.
Tak ayal, penyusutan
tersebut diikuti dengan jumlah produksi. Pada tahun 2005, Kabupaten Kendal bisa
memproduksi 238.079 kuintal pisang, kemudian menjadi 208.851 kuintal pada tahun
2006, dan 202.407 kuintal pada tahun 2007. "Pisang yang ada di daerah lain,
kebanyakan hanya ditanam di lahan pekarangan sebagai tanaman pelengkap, seperti
pisang kepok," ucap Subaedi