Meraih Sukses Dengan Budidaya Tanaman Pisang

Thursday 14 August 2014
    
    
Pohon pisang boleh dikatakan tanaman yang sangat merakyat, bisa tumbuh dihampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan rasa buahnya yang manis, pisang yang masih mentah maupun yang sudah masak, juga bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan ringan selain juga pelepahnya bisa untuk berbagai macam kerajinan handicraft. Mengenai kerajianan unik dari pelepah pisang anda bisa klik disini..!

     Tidak Mengejutkan untuk menjadi buah yang paling populer tetapi peringkat ke empat sebagai makanan pokok setelah gandum, beras dan jagung. Dibeberapa daerah miskin di planet ini, pisang dikonsumsi 70% dari konsumsi makanan.

     Pohon pisang hanya tumbuh satu tandan pisang dan kemudian mati, untungnya pohon itu menciptakan tunas baru (tanaman bayi) sebelum akhirnya mati. Siklus ini berlangsung selama sepuluh tahun. Pisang merupakan salahsatu dari berbagai jenis buah-buahan tropis yang berada dan banyak dikembangkan di Indonesia. Syarat tumbuh yang toleran dalam lingkungan yang luas dan juga tekhnik budidaya yang relatif mudah membuat pisang banyak dibudidayakan. Dari segi harga, pisang termasuk komoditas yang memiliki harga relatif stabil sehingga lebih memberikan jaminan keuntungan.

     

http://inspirasi-wiraswasta-online.blogspot.comPerkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional.  

Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.

Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.

Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunanpisang mungkin dilakukan.



Tanaman pisang sekali kita tanam jauh lebih repot membasmi daripada menanamnya. Begitulah tanaman bandel ini, dibiarkan pun tetap akan menghasilkan buah, mungkin itulah yang menyebabkan kebanyakan petani agak enggan merawat tanaman pisangnya. Padahal dengan sejumlah masukan teknologi yang telah dipublikasikan pisang ambon atau buai yang dipelihara dengan baik mampu menghasilkan buah minimal 30 kg/tandan, kira-kira satu setengah sampai dua kali lipat dari tanaman yang tidak dirawat. Kalau harga tiap kilo misal Rp. 1000,- maka dapat menghasilkan Rp. 30.000,- pertandan. Beberapa kegiatan perawatan/pemeliharaan yang perlu mendapat perhatian adalah :


1). Pemangkasan, pemangkasan daun kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan dan melindungi buah dari goresan daun. Saat pembungaan setidaknya ada 6-8 daun sehat, agar perkembangan buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan dilakukan sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan daun lagi, daun bekas pangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan kemudian dibakar. Alat pemangkasan sebaiknya disterilkan dengan desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau alkohol.



2). Penyiangan dan Penggemburan Tanah, tanah disekitar pohon pisang harus dibersihkan dari rumput pengganggu/gulma, sekaligus digemburkan dengan cangkul bkecil (koret). Penggemburan tanah tidak boleh terlalu dalam karena perakaran pisang itu dangkal dan pekerjaan dilakukan sesuai dengan kondisi kebun. Bila gulma tidak banyak maka yang perlu dilakukan adalah penggemburan tanah agar perakaran dan bonggol pisang bisa berkembang dengan baik. Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan, terutama 3 bulan pertama pengendalian gulma harus dilakukan secara intensif. Setelah tanaman berumur 5 bulan pengendalian mulai dikurangi karena kanopi tanaman telah saling menutupi sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan selang waktu 2-3 bulan.


Saat ini pengendalian gulma dapat dilakukan dengan herbisida karena tanaman sudah cukup tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida seperti DMA G, Paracol dan Herbisol sesuai dosis anjuran di kemasan. Penggunaan herbisida umumnya tergantung pada musim, musim kering menggunakan herbisida sistemik dan musim hujan menggunakan herbisida kontak. Kebersihan kebun di bawah tanamanpisang penting sekali, karena gulma dan sisa-sisa batang pisang yang ada dapat merupakan sarang hama penggerek batang. Hati-hati dengan penggunaan tanaman penutup tanah seperti Centrosema, Indigofera dan lain-lain yang dapat bersifat racun terhadap tanaman pisang.

3).Pembumbunan, perlu dilaksanakan bila umbi pisang muncul ke permukaan tanah, demikian juga pada waktu tanaman pisang menghasilkan rumpun (beranak). Hal ini dimaksudkan agar perakaran bisa berkembang lebih baik sekaligus memperkuat pertumbuhan tanaman pisang.

4). Pengairan, perakaran tanaman pisang dangkal, dekat dengan permukaan tanah namun tanaman ini tahan terhadap kekeringan atau kekurangan air karena perakarannya banyak mengandung air. Apabila tandan buah keluar pada musim kemarau, maka tandannya pendek pendek dan kecil-kecil. Kenyataan ini maka para ahli melakukan pengairan tanaman pisang pada musim kemarau, ternyata tandan buahnya jadi panjang dan buahnya juga besar-besar. Oleh karena itu pemberian air pada musim kemarau perlu sekali dilakukan terutama bila tanaman akan berbunga ataub berbuah. Musim kemarau kebun pisang perlu diairi minimal sebulan sekali agar kelembaban tanahnya terjaga.

5) Penjarangan Anakan, bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan) dan 1 anakan muda (umur 3 bulan) yang dilakukan rutin setiap 6 - 8 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat terbuka dan yang terletak diseberangnya, jadi setiap rumpun supaya dijaga tinggal 3 anakan, yang lain dibuang hati-hati supaya hasilnya tinggi. Setelah bunga terakhir pada jantung mekar yang ditandai dengan pertumbuhan uler pisang lambat sekali segera sisa jantung dipotong. Pemotongan jantung pisang dapat meningkatkan produksi buah antara 2 - 5%.

6). Perawatan Tandan, membersihkan daun sekitar tandan terutama daun yang sudah kering dan membuang buah pisang yang tidak sempurna pada 1-2 sisir terakhir, diikuti dengan pemotongan bunga jantan agar buah pada tandan diatasnya dapat tumbuh dengan baik. Buah dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru ukuran 1m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah darin kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus tandan yang mempunyai masa pembuahan sama dapat diberi tanda (misal dengan tali rafia yang sama0. Hal ini untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buah seragam. Sebelum buah dipanen agar tanaman tidak roboh dapat ditopang dengan bambu atau dengan mengikat pangkal tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara barisan tanaman pisang.

7). Sanitasi Kebun, bertujuan untuk menjaga lingkungan kebun tetap sehat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan 45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan dan pembuangan sisa tanaman bekas panen.

Sumber : 1).Teknologi Budidaya Pisang, B2P2TP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. 2) Budidaya Pisang, Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar Minggui Jakarta Indonesia, 1980. 3). Budidayabpisang, DEPTAN, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya, 2000. (siti hafsah husas, PP Pusbangluh).


Dalam suatu penyuluhan sekitar April lalu, Wartono, Kepala Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (P4K) Kabupaten Rembang, Jawa Tengah mengimbau, petani hendaknya lebih selektif dalam memilih komoditas tanaman yang hendak dijadikan tumpuan. Sebab jika salah memilih bukan keuntungan yang didapat, tetapi kerugian pasti dituai.

Sebagai tawaran, tuturnya, budidaya pisang bisa menjadi pilihan yang cocok. "Karena, pisang lebih mudah dikembangkan tak terlalu rewel pada kondisi tanah dan umumnya cocok untuk lahan di kabupaten ini. Selain itu, resikonya lebih mudah dikendalikan dibandingkan komoditas pertanian perkebunan lainnya."

Apalagi, imbuh Wartono, tanaman pisang termasuk dalam kategori tanaman yang jarang terserang hama, sehingga lagi-lagi resiko kegagalan bisa diminimalkan. "Hanya saja, dalam bertanam, tetap harus menggunakan teknologi yang tepat guna dan sasaran," ujarnya.
Lebih terperinci lagi Wartono menjelaskan, "untuk mengembangkan satu hektare lahan kebun pisang, maka langkah persiapan pertama yang harus dilakukan adalah membuat lubang ukuran satu meter persegi dengan jarak lima meter antar tanaman."

Tujuannya untuk memberikan ruang tanaman ketika beranak hingga enam batang. Dengan jarak antartanaman lima meter, maka dalam satu hektare lahan akan mampu menampung 400 batang pohon pisang. "Lubang tanam diberikan pupuk organik 0,7 kilogram, ditambah garam dan gamping secukupnya. Baru kemudian ditanami," jelasnya.
"Harga bibit pisang sekarang rata-rata Rp 5.000 per batang, sedangkan biaya tanam untuk satu hektare mencapai Rp 3,2 juta dengan kebutuhan pupuk organik hingga 26 rit," tambah Wartono lebih lanjut.

Dia lalu menerangkan, ketika tanaman pisang sudah tumbuh dengan baik, maka paling sedikit akan ada enam pohon yang bisa dipanen tiap harinya dari 400 pohon (belum termasuk anakannya, red.). "Jika harga setandan pisang kualitas bagus rata-rata Rp 40.000, maka Rp 240ribu bisa dikantongi petani setiap harinya. Kami berani menyampaikan ini, karena memang sudah menerapkannya," katanya.

Wartono mengungkapkan, dalam waktu dekat ini, instansi dinas tempat dia bertugas, akan membuat demonstration plot (demplot) paling sedikit dua hektare untuk memberikan contoh bagi petani dalam waktu dekat. "Pisang hampir selalu dibutuhkan. Apalagi, varian produk dari pisang sangat banyak. Mulai dari selai, ledre, hingga kripik pisang. Selain juga untuk dibuat berbagai macam kerajinan dari pelepahnya. Saya yakin, budidaya tanaman pisang memiliki prospek yang baik," tandasnya.

Belum Pernah Kecewa

Fakta tentang, betapa untungnya menanam pisang seperti yang diungkapkan Wartono, diamini petani piasng di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. "Pisang ini biasa dijual di pasar swalayan, harganya Rp 15.000 per sisir," ucap Widodo (49) seraya menjulurkan satu sisir pisang ambon berwarna hijau muda yang kemudian diletakkannya di atas meja kayu di hadapannya. Padahal, Widodo menjual pisang tersebut hanya Rp 9.000-Rp 10.000 per sisir, yang terdiri atas 20 buah, kepada para pengepul. Kendati demikian, ketua kelompok tani Alam Usaha Agung ini tidak pernah merisaukannya. "Budidaya pisang itu menguntungkan, perawatannya mudah, dan hasilnya lumayan," ucapnya, sambil tersenyum.

Baginya, harga jual pisang kepada konsumen dengan harga jual dari petani masih sepadan. Terlebih lagi, harga pisang selalu menanjak setiap tahunnya. Tak heran, Widodo bersama sekitar 600 petani dan buruh tani di Desa Bangunsari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, masih mengandalkan pisang untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Sejak mulai berbudidaya pisang pada awal tahun 2003, Widodo belum pernah dikecewakan dengan komoditas andalan desanya ini. "Awalnya saya hanya memiliki lahan 0,75 hektare, sekarang sudah 7 hektare. Semua itu didapat dari hasil budi daya pisang," tutur Widodo.
Untuk satu kali masa panen pisang raja bulu di atas lahan satu hektare misalnya, Widodo bisa memperoleh penghasilan rata-rata Rp 105 juta per tujuh bulan. Jika dipotong biaya produksi untuk membeli bibit, pupuk, sewa tenaga kerja, dan pembuatan drainase dengan total pengeluaran sekitar Rp 27 juta, ia masih bisa mengantongi Rp 78 juta per hektare.

Jumlah itu sudah dikurangi dengan tanaman pisang yang rusak karena terserang jamur, kata bapak empat anak ini. Pisang raja bulu tersebut dijualnya seharga Rp 6.000-Rp 7.000 per sisir atau Rp 35.000 per tandan. Widodo memperkirakan bisa memperoleh sekitar Rp 100 juta untuk satu kali panen di atas lahan satu hektare.

Lebih Menguntungkan

Sebelum beralih kepisang, petani di Desa Bangunsari umumnya menanam jagung dan cabai untuk bersandar hidup. Namun, tidak stabilnya harga dua komoditas tersebut membuat sebagian petani beralih ke komoditas lain, termasuk di antaranya pisang. "Saya sudah pernah coba menanam tebu untuk dikirim ke Pabrik Gula Sragi, tetapi hasilnya tetap lebih menguntungkan pisang," kata Widodo.

Alhasil, Widodo hanya menanami seluruh lahannya dengan pisang. Lahan 5,5 hektare untuk pisang ambon dan 1,5 hektare lagi ditanami pisang raja bulu.

Dedi Mulyadi (35), petani pisang lainnya di Desa Bangunsari, juga memperoleh berkah dari hasil budi daya pisang. Ia mampu memperoleh penghasilan Rp 2,5 juta per bulan dari hasil menanam pisang di lahan seluas seperdelapan hektare dan menjadi buruh tani. Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anak, ucap mantan buruh pabrik yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ini.

Setelah terkena PHK, bapak satu anak ini langsung menekuni dunia pertanian. Kemudian dalam jangka waktu empat tahun, Dedi akhirnya berhasil memiliki lahan sendiri seluas 1.250 meter persegi yang ditanami pisang. "Padahal, waktu awal bertani, saya masih menyewa lahan yang saya gunakan untuk menanam," katanya.

Kepala Desa Bangunsari Nurqosim mengatakan, sejak tahun 2003, budi daya pisang menjadi sandaran hidup sekitar 600 keluarga di desanya. Dari sekitar 200 hektare luas lahan pertanian di desanya, 148 hektare di antaranya ditanami pisang raja buludan ambon, sedangkan sisanya cabai dan jagung.

Ekspor ke Jepang

Masyarakat meyakini,budi daya pisang bisa menghasilkan keuntungan yang memadai asal diikuti dengan pemasaran yang baik. Untuk itu, lanjut Nurqosim, kelompok tani pisang di daerahnya telah memiliki mitra kerja dengan PT Sunrise di Jakarta untuk memasarkan produk mereka.

Kepala Dinas Pertanian Kendal Subaedi mengakui, pisang ambon yang dihasilkan di Kecamatan Patebon dipasarkan ke sejumlah kota, seperti daerah Bandungan, Kabupaten Semarang, dan daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Sementara untuk pisangraja bulu dipasarkan ke Jakarta dan sebagian diekspor ke Jepang.

Kendati demikian, belum ada daerah lain di Kabupaten Kendal yang memanfaatkan lahannya untuk budidaya pisang. Alhasil, dalam kurun waktu tiga tahun, luas lahan yang ditanami pisang di Kabupaten Kendal terus menurun. Menurut data Dinas Pertanian Kendal, luas lahan yang ditanami pisang pada tahun 2005 mencapai 5.088,1 hektare, pada tahun 2006 menjadi 3.825,3 hektare, dan menyusut kembali menjadi 3.678,7 hektare pada tahun 2007.

Tak ayal, penyusutan tersebut diikuti dengan jumlah produksi. Pada tahun 2005, Kabupaten Kendal bisa memproduksi 238.079 kuintal pisang, kemudian menjadi 208.851 kuintal pada tahun 2006, dan 202.407 kuintal pada tahun 2007. "Pisang yang ada di daerah lain, kebanyakan hanya ditanam di lahan pekarangan sebagai tanaman pelengkap, seperti pisang kepok," ucap Subaedi