Buku Otobiografi yg ditulis Habibie Afsyah tsb menjelaskan riwayat Beliau dari mulai lahir, tantangan hidup sebagai orang cacat, hingga menemukan dunianya sukses menjadi pebisnis online.
Anda
mungkin akan kaget jika mengetahui bahwa Habibie Afsyah telah sukses
menjadi pebisnis Online pada usianya 21 tahun (saat bukunya dibuat thn
2009). Di usia mudanya, Habibie sudah mendirikan “Yayasan Habibie
Afsyah” untuk mengangkat kehidupan para penyandang cacat seperti
dirinya.
Habibie terlahir sebagai bayi montok dan sehat yg membuat orangtuanya tidak menaruh curiga terhadap
keadaan fisik anaknya.
Baru pada Usia 8 bulan, orang tuanya mulai curiga karena Habibie kecil belum juga bisa merangkak seperti bayi normal lainnya.
keadaan fisik anaknya.
Baru pada Usia 8 bulan, orang tuanya mulai curiga karena Habibie kecil belum juga bisa merangkak seperti bayi normal lainnya.
Mulailah Habibie di bawa ke Dokter oleh Ibunya untuk mengetahui penyebab terlambatnya perkembangan fisik tsb.
Setelah dibawa ke berbagai Rumah Sakit dan bertemu dengan banyak dokter, diketahui ternyata Habibie menderita penyakit Muscular Dystrophy Progressive tipe Backer.
Ada kelainan di otak kecil Habibie yg menyebabkan perkembangan syaraf motoriknya terganggu, sehingga pertumbuhannya terhambat dan mengalami kelainan.
Ada kelainan di otak kecil Habibie yg menyebabkan perkembangan syaraf motoriknya terganggu, sehingga pertumbuhannya terhambat dan mengalami kelainan.
Bahkan ada Dokter yg memprediksi umurnya hanya sampai 25 tahun saja.
Habibie
sering dibawa ke mana-mana oleh Sang Ibu untuk berobat, baik ke dokter
spesialis, maupun ke pengobatan alternatif. Semua dilakukan Ibunya
agar mendapatkan kesembuhan bagi Sang Anak. Bahkan Habibie sempat
dibawa terapi khusus dengan memasukkan tubuhnya ke dalam semacam kotak.
Kakinya dimasukkan sepatu khusus dengan penyangga besi.
Namun
Habibie merasa proses terapinya sangat menyakitkan. Dalam setiap
terapi sekitar 15-30 menit itu Habibie kecil selalu menangis ; “Sakit
Ma, sakit. Udah ma, Dede ngak mau,” jeritnya. Karena terapi yg menurut
Habibie menyakitkan tersebut, pangkal pahanya sempat terlepas dari
tulang mangkoknya. Dan hal itu membuat pertumbuhan kakinya menjadi
tidak seimbang. Kaki Habibie menjadi panjang sebelah.
Namun
keadaan cacat telah mengajarkan Habibie untuk ikhlas menerima keadaan
yg diberikan Tuhan. Hal itu bisa dia terima dengan apa adanya.
Yang membuat sangat berat adalah tantangan hidup untuk mendapatkan perlakuan layak dari lingkungan sekitar.
Memang Beliau sangat merasakan diskriminasi ketika mau mendaftar ke sekolah, mau menikmati liburan di tmp wisata bersama keluarga, dan lain sebagainya.
Sebagian sekolah beralasan belum memiliki fasilitas untuk menampung Anak Cacat yg berkursi roda untuk belajar di sekolah normal.
Ibu
Habibie lah yg berjuang keras ke sana-ke mari untuk mencari tempat
pendidikan buat anaknya. Termasuk suatu ketika mendaftarkan Habibie
pada Kursus Dasar Internet Marketing selama 2 hari dg pengajar dari
Singapura, Mr. Fabian Lim.
Ceritanya
setelah bergelut dengan perjuangan untuk bisa lulus sekolah hingga
SMA, Habibi tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Dia
didaftarkan ibunya ikut Kursus Dasar Internet Marketing. Biayanya
lumayan besar, Rp. 5 juta. Usai Kursus Dasar Internet Marketing tsb,
Habibie mengaku tidak tahu harus melakukan apa lagi karena dia merasa
benar-benar buta tentang bidang yg baru dipelajarinya itu. Dia merasa
nol besar untuk bidang internet marketing ini. Apalagi kursus yg
diberikan dalam Bahasa Inggris dan memakai Alih bahasa (tanslator).
Habibie
memang sering membuka internet, namun itu hanya untuk bermain game
online sebagai pengisi kesibukannya di rumah. Katanya Komputer yg
dipakai juga masih numpang di komputer kakaknya.
Belum
habis kebingungan Habibie, Selang beberapa bulan kemudian, Habibie
diikutkan kembali oleh ibunya untuk ikut Kursus tingkat lanjut
(advanced) Internet Marketing dg pembicara yg sama dari
Singapura,Fabian Liem.
Sebenarnya Habibie sempat menolak karena tidak enak melihat Ibunya
harus menjual Mobil sewaannya hanya agar dia bisa ikut pelatihan tsb.
Karena Biaya Kursus tingkat lanjut itu mencapai Rp. 15 Juta.
harus menjual Mobil sewaannya hanya agar dia bisa ikut pelatihan tsb.
Karena Biaya Kursus tingkat lanjut itu mencapai Rp. 15 Juta.
Dia
sempat berdebat dengan ibunya, namun Ibunya tetap memberikan semangat
kepada Habibie dan mendorongnya untuk bisa berhasil. “Anggap saja kamu
kuliah”, begitu kata mamanya. Akhirnya dengan dorongan mamanya, Habibie
mau juga ikut kursus mahal itu.
Di
kursus advanced tsb, habibie mengikuti “kuliah” setiap 2 minggu selama
3 bulan. Di tmp kursus inilah pertama kalinya Habibie berkenalan
dengan Suwandi Chow, alih bahasa (Translator) kursus itu dari Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia.
Setelah belajar 3 minggu, Habibie berhasil mendapatkan penjualan pertama dari Amazon.com
dg Produk Game PS3. Meski komisinya cuma $24, Habibie senangnya bukan
kepalang karena baru kali ini bisa menghasilkan uang dari internet.
Pada komisi pertama ini Habibie sebenarnya rugi karena biaya iklan
lebih besar dari komisi.
Namun Habibie terus berusaha sampai dia bisa mendapatkan komisi $124, $500, $1000, dan $2000 dari Amazon. Semua memerlukan proses belajar dan praktek secara konsisten.
Namun Habibie terus berusaha sampai dia bisa mendapatkan komisi $124, $500, $1000, dan $2000 dari Amazon. Semua memerlukan proses belajar dan praktek secara konsisten.
Uang
hasil penghasilan dari Amazon dipakai Habibie untuk mengikuti
kursus-kursus internet marketing lain, seperti Eprofitmatrix,
Dokterpim, dan Indonesia Bootcamp.
Dari kursus dan praktek internet marketing, Habibie sudah bisa menerbitkan Ebook Panduan Sukses dari Amazon dan membuat situs Listing Rumah (rumah101.com).
Habibie
juga didaulat menjadi Trainer di Eprofitmatrix bersama Gurunya,
Suwandi Chow. Itulah pertama kali Habibie menjadi Trainer seminar
meskipun usianya masih 20 tahun.
Sejak
itu, Habibie sering diundang menjadi pembicara seminar internet
marketing di kampus-kampus, hingga diliput koran, tabloid, dan majalah.
Puncaknya Habibie diundang pada acara Kick Andy di Metro TV pada
episode “Kasih Tiada Bertepi”.
=======================================
Berkat kegigihannya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Selasa malam, 17 Juli 2012, mengukuhkan Habibie sebagai pejuang kesejahteraan Indonesia terfavorit berdasarkan dukungan publik melalui voting online, sms, dan jejaring sosial yang dilakukan dari 9 Juni 2012 hingga 8 Juli 2012.
Habibie mengungguli empat peraih Danamon Award 2012 lainnya, yaitu Bambang Parianom "Penyelamat Lingkungan", Djuhhari Witjaksono "Seniman Bahari", Joharipin "Pemberdaya Petani", dan Lale Alon Sari "Srikandi Tenun". Sebagai peraih Danamon Award 2012 terfavorit, Habibie menerima medali, piagam penghargaan, dan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 60.000.000 (pajak ditanggung sepenuhnya oleh Danamon).
Untuk keempat peraih Danamon Award lainnya masing-masing juga menerima medali, piagam penghargaan dan hadiah uang tunai sebesar Rp 40.000.000 (pajak ditanggung sepenuhnya oleh Danamon).
Siapa Habibie? Sejak masih bayi, Habibie didiagnosis mengidap penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker. Penyakit ini merusak saraf motorik di otak kecil yang membuat tubuhnya tak bisa berkembang sempurna. Sebagian besar anggota badannya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Praktis hanya kepala dan tangan kanan saja yang bisa digerakkan.
Namun, kendala-kendala fisik itu tak pernah menghalangi semangatnya untuk tetap berkarya. Dari atas kursi rodanya itu kini dia harus diperhitungkan sebagai salah satu "ahli" Internet marketer yang paling diminati di Tanah Air.
Habibie yang lahir dari pasangan H. Nasori Sugianto dan Hj. Endang Setyati pada 6 Januari 1988 memang dikaruniai kemampuan sebagai Internet marketer di atas rata- rata. Meski karena sakit yang dideritanya, ia tidak dapat melanjutkan pendidikan secara formal. Ia hanya bersekolah hingga tingkat SMA.
Sang Ibunda lantas mengarahkan Habibie dengan menyertakannya dalam seminar Internet marketer pada 2007. Hanya dalam empat bulan ilmu marketing online itu ia terapkan dan terbukti mampu memberinya penghasilan rata-rata US$ 500 sampai US$ 10.000 per bulan.
“Awalnya, lumayan sulit. Setelah empat bulan, saya baru mendapatkan hasil dari amazon.com. Asal kita mau dan tetap berusaha, pasti bisa!” kata Habibie, seperti dikutip dari laman danamonaward.org dan dari siaran pers Bank Danamon.
Keberhasilan inilah yang mendorong Habibie untuk berbagi ilmu kepada penyandang disabilitas yang lain. Sejak 2008, Habibie mulai rajin mendatangi panti-panti penyandang disabilitas atau komunitas penyandang disabilitas untuk berbagi ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya.
Dia juga membuka akun jejaring sosial, Facebook, dan Twitter agar mudah menjangkau teman-teman di dunia maya.
Hikmah yg Bisa Kita Petik dari Profil Habibie
Berikut saya kutip 2 paragraf terakhir dari bukunya :
“Akhirnya,
melalui buku ini,aku ingin mengajak Anda semua untuk mensyukuri apa
pun yg telah dianugrahkan oleh Tuhan, termasuk diri kita sendiri. Diri
kita adalah anugrah yang sangat berharga. Bagaimanapun kondisi kita,
kita selalu punya pilihan untuk melejitkan potensi diri kita atau
menidurkannya. kelemahan diri, termasuk keterbatasan fisik, tidak harus
selalu berujung pada pelumpuhan diri. Pergulatan sudah pasti ada,
tetapi kelemahan bisa diolah menjadi kekuatan”.
tetapi kelemahan bisa diolah menjadi kekuatan”.
“Kalau Saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda”.
——————————————————————–
——————————————————————–
Hampir saja Saya meneteskan air mata membaca 2 paragraf terakhir tersebut.
Kalimat-kalimat tsb bukan hanya identik dg perjuangan sang penulis sendiri,
tapi lebih ditujukan buat kita para pembaca yg mau mengambil hikmah.
Kalimat-kalimat tsb bukan hanya identik dg perjuangan sang penulis sendiri,
tapi lebih ditujukan buat kita para pembaca yg mau mengambil hikmah.
Apapun
keadaan diri kita saat ini ; normal atau cacat, tua atau muda, kaya
atau miskin, banyak hutang atau tidak, jatuh atau bangun, sakit atau
sehat, lelaki atau perempuan, dst, sesungguhnya “kitalah yg memilih
jalan hidup untuk mau berhasil atau tidak!”.
Habibie
dengan kursi rodanya mau belajar ke mana saja yg kebanyakan dilakukan
orang normal. Habibie dengan kursi rodanya mau memanfaatkan pemberian
Tuhan yg paling mahal, yaitu pikiran.
Di
usia mudanya (21 thn), Habibie sudah mendirikan “Yayasan Habibie Afsyah” untuk mengangkat kehidupan para penyandang cacat seperti
dirinya. Kabarnya Modal Yayasan didapat dengan menyisihkan sebagian
penghasilannya dari internet marketing (bisnis online).
Bahkan diri kita belum melakukan apa-apa di usia kita yg semakin tua. Belum memberikan manfaat yg banyak bagi orang lain…!
====================================
——————————————————
“Ya
Allah, Maafkan kami selama ini yg tertidur dengan nikmat-nikmat yg
telah Engkau berikan. Kami tidak menyadari betapa fisik yg sempurna
sebenarnya adalah anugerah terbesar yg Engkau titipkan agar kami
berusaha keras”.
“Yang
kami lakukan hanyalah berkeluh kesah ketika mendapat kesulitan. Engkau
telah membekali fisik kami dengan pikiran yg sempurna,
namun kami tidak bisa memanfaatkannya. Engkau telah memerintahkan kami untuk berfikir mencari jalan keluar dari kesulitan hidup, namun yg kami lakukan adalah berfikir untuk berkeluh kesah, berfikir hanya untuk mengatakan tidak bisa….!”
namun kami tidak bisa memanfaatkannya. Engkau telah memerintahkan kami untuk berfikir mencari jalan keluar dari kesulitan hidup, namun yg kami lakukan adalah berfikir untuk berkeluh kesah, berfikir hanya untuk mengatakan tidak bisa….!”
“Bahkan diri ini tidak lebih baik dari hewan
jika hanya mampu berkeluh kesah tanpa berjuang mencari jalan keluar.
Ya Allah, ampunilah kami yg membuat bodoh diri sendiri. Mulai saat ini,
kami berjanji akan mengerahkan segenap potensi yg Engkau titipkan pd
kami, agar kami menjadi manusia yg berguna, bukan hanya buat diri
sendiri, tapi juga berguna bagi orang lain dan seisi alam. Kabulkanlah
ya Allah!”