Amilia Agustin,
seorang remaja wanita peraih hadiah penghargaan tentang kompos. Awalnya
aku suka jengkel melihat orang-orang yang suka membuang sampah
sembarangan. Padahal,biasanya tempat sampah itu sudah disediakan dua.
Satu buat sampah organic. Dan satu
untuk sampah unorganic. Dengan sesuka
hati mereka membuang sampah pada tempat yang salah. Lalu, aku mulai
dengan diri sendiri untuk membiaskan diri dan membuang sampah pada
tempatnya. Setelah itu, aku mulai membuat sesuatu yang bermafaat dari
sampah tersebut. seperti dijadikan kompos atau barang-barang lainnya.
Jadi
saya ingin memberdayakan sampah untuk kegiatan ekonomi juga.
Maksudnya,saya ingin sampah yang sudah tidak bisa dipakai itu bisa di
recycle menjadi sesuatu barang yang berguna atau menjadi nilai ekonomis
Saya bersama teman-teman yang lain bisa mengubah bungkus-bungkus
indomie menjadi sajadah. Semua itu dikerjakan oleh tangan ibu-ibu.
Selain itu,juga kami mengajak anak-anak yatim piatu.
Saya bersama teman-teman saya disekolah membuat sebuah
komunitas lingkungan. Sengaja saya tidak membuat komunitas tersebut
dengan nama sekolah saya belajar. Khawatir nanti banyak yang tidak mau
bergabung.
Anak
muda itu chance maker. Jadi, kalau kita mau berubah. Ya,harus kita
memulai. Mungkin menanam satu pohon itu kecil buat dunia.
Tapi,manfaatnya begitu banyak. Kalau kamu bisa untuk tidak buang sampah
sembarangan maka jangan buang sampah sembarangan.
Saya teringat ada sebuah ucapan. "Jika kamu bukan orang sembarangan maka jangan buang sampah sembarangan". Amilia Agustin, pelajar SMA XI Bandung, Jawa Barat, yang dijuluki Ratu Sampah Sekolah, sejak SMP membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, Go To Zero Waste School. Ketika SMA, Amilia menerapkan metode From Trash to Trashion, yakni pengolahan limbah plastik dan limbah kain perca diubah menjadi tas cantik serta pengolahan sampah organik dengan metode kompos.
Saya teringat ada sebuah ucapan. "Jika kamu bukan orang sembarangan maka jangan buang sampah sembarangan". Amilia Agustin, pelajar SMA XI Bandung, Jawa Barat, yang dijuluki Ratu Sampah Sekolah, sejak SMP membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, Go To Zero Waste School. Ketika SMA, Amilia menerapkan metode From Trash to Trashion, yakni pengolahan limbah plastik dan limbah kain perca diubah menjadi tas cantik serta pengolahan sampah organik dengan metode kompos.
"Sejak usia 13 tahun ia berupaya melakukan perubahan di sekitarnya. Amilia Agustin berupaya memenuhi janji mengisi kemerdekaan yang setiap Senin diucapkan dalam upacara bendera".
Waktu menunjukkan pukul 15.00 lewat saat Amilia Agustin memasuki SD Negeri Leuwianyar, Bandung, yang telah sepi. Dari lantai dua, belasan siswa yang telah menunggu menyambut kedatangannya.Meski sebenarnya hari itu kegiatan belajar diliburkan, para siswa ini tetap mau datang ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Bandung Bercerita yang digagas gadis genap berusia 16 tahun pada 20 April nanti ini.
“Waktu
hujan deras saja, ketika kita pikir anak-anak enggak ada yang datang,
ternyata ada. Bela-belain datang naik sepeda, basah kuyup, seperti di
cerita Laskar Pelangi. Terharu sekali lihat antusias mereka,” tuturnya
ketika ditemui Move di Bandung, awal pekan ini.
Bandung Bercerita dibentuk Amilia pada 2012. Programnya, pembelajaran karakter untuk siswa SD.Sebelumnya, sejak SMP Amilia Agustin sudah menjadi aktivis lingkungan dengan membentuk komunitas yang mengelola sampah, Go To Zero Waste School. Ia juga menerapkan metode From Trash to Trashion, pengolahan limbah plastik dan kain perca menjadi tas cantik.
Bandung Bercerita dibentuk Amilia pada 2012. Programnya, pembelajaran karakter untuk siswa SD.Sebelumnya, sejak SMP Amilia Agustin sudah menjadi aktivis lingkungan dengan membentuk komunitas yang mengelola sampah, Go To Zero Waste School. Ia juga menerapkan metode From Trash to Trashion, pengolahan limbah plastik dan kain perca menjadi tas cantik.
Ceritakan dong bagaimana awalnya tertarik mengurusi sampah?
Dulu
pas masih di SMP 11 kalau olahraga lari sering lewat tempat pembuangan
sampah yang sudah menimbun. Ami berpikir itu timbunan sampah asalnya
pasti dari kita juga dong.Wah,
13 tahun tinggal di sini kok Ami malah semakin membuat kotor bumi. Ami
kemudian berpikir apa ya yang bisa dilakukan. Dengan bantuan Ibu Nia,
guru biologi di sekolah, Ami membuat gerakan Go To Zero Waste School,
mengajak teman-teman untuk melakukan pengelolaan sampah dari awal.
"Di antaranya dengan memilah sampah plastik dan organik. Kemudian berlanjut dengan mencoba memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Dengan begitu, kita akan mengurangi jumlah sampah sejak awal, sebelum dibuang ke penampungan".
Bagaimana respons teman-temanmu saat itu? Banyak
sih yang mempertanyakan, ngapain sih sibuk memilah sampah. Mereka
bilang kan ada mang-mang (tukang) sampah yang akan melakukan itu.Justru
itu, mereka kan butuh sampah plastik, apa salahnya kalau kita pilah
duluan, jadi mereka tinggal bawa. Hitung-hitung sebagai sedekah. Tidak
hanya bantu bumi agar tidak semakin kotor, kita juga bantu tukang sampah
biar enggak kena penyakit karena korek-korek sampah.
Bagaimana caranya kamu menyosialisasikan Go To Zero Waste School? Pertama
ya di kelas sendiri dulu. Dulu Ami itu orangnya pemalu, enggak berani
ngomong di depan banyak orang. Jadi cari akal gimana caranya supaya
pesan ini bisa sampai ke teman-teman.
Dipakailah
wayang kardus yang bahannya enggak mahal. Ami karang sendiri
tokoh-tokohnya. Jadi tetap ngomong, tapi muka Ami enggak perlu
kelihatan, hehehe.
Ternyata
itu cocok untuk sosialisasi sampah ke anak SMP dan SD, karena lebih
menarik. Ami menanamkan konsep ke teman-teman yuk menabung sampah, bukan
membuang sampah. Kalau kita menabung akan ada hasilnya. Misalnya
menabung sampah organik yang nantinya akan jadi kompos. Kompos berguna
untuk tanaman, dan hasil dari tanaman itu akan kita makan.Kalau from trash to trashion itu gimana?
" Itu awalnya dari keinginan membantu ibu-ibu yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Mereka punya keterampilan menjahit. Uang dari Indonesia Satu Award, Ami belikan mesin jahit portabel untuk dipakai mereka membuat tas, dompet, dan karpet dari sampah plastik, seperti bekas bungkus kopi".
Ami
yang desain, mereka yang jahit. Ada yang nanya, memang ada yang mau
pakai tas seperti itu saat jalan-jalan. Makanya Ami bikin motifnya,
desain yang bagus biar orang pede saat pakai. Ami sih ingin buat online
shop khusus untuk memasarkan ini.
Kalau sekarang lagi sibuk apa?
Di
2012 ini Ami bikin komunitas Children of Event atau Chilven. Salah satu
programnya adalah Bandung Bercerita. Ami ngerasain kurangnya kebebasan
berpendapat pada anak-anak. Pokoknya guru itu paling benar. Jadi,
anak-anak cenderung pasif karena ditekan. Padahal setiap anak itu punya
cerita dan pendapat yang perlu didengar. Tujuannya untuk pendidikan dan
lingkungan.Bicara
lingkungan, ya kembali ke sampah lagi. Gimana belajar bisa enak kalau
masih terganggu oleh masalah sampah? Anak bisa belajar dengan kondusif
kalau lingkungan juga mendukung.
Seperti apa programnya? Di Bandung Bercerita kita mengajak anak-anak untuk menulis dan merangkai cerita mereka. Mereka juga belajar observasi dari hal-hal yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita ajak mereka ke tempat pembuangan sampah di Tegal Lega. Mereka lihat sendiri kondisi lingkungan mereka. Kita kasih penjelasan soal sampah. Anak-anak dibiasakan berpikir kritis dan berpikiran jangka panjang. Insya Allah kalau mereka besar akan jadi calon pemimpin karena dari kecil sudah dididik berani ambil keputusan dan mencari solusi. Targetnya kita akan masuk di 12 SD.
Seperti apa programnya? Di Bandung Bercerita kita mengajak anak-anak untuk menulis dan merangkai cerita mereka. Mereka juga belajar observasi dari hal-hal yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita ajak mereka ke tempat pembuangan sampah di Tegal Lega. Mereka lihat sendiri kondisi lingkungan mereka. Kita kasih penjelasan soal sampah. Anak-anak dibiasakan berpikir kritis dan berpikiran jangka panjang. Insya Allah kalau mereka besar akan jadi calon pemimpin karena dari kecil sudah dididik berani ambil keputusan dan mencari solusi. Targetnya kita akan masuk di 12 SD.
Sekarang baru 6. Beberapa di antaranya kita sengaja cari SD yang di pelosok. Seperti minggu ini Ami jalan ke Lembang, mencari sekolah yang setelah naik angkot dua kali dan dilanjutkan naik ojek, kita masih perlu jalan kaki lagi lewat hutan selama 1 jam sebelum ketemu sekolah tersebut.
Nanti
pada 12-12-12, 12 SD tersebut akan menjadi Dewan Perwakilan Anak.
Mereka ini akan bergabung di Bandung Bercerita. Setiap sekolah ada 20-30
orang siswa yang mewakili.Pernah dapat penolakan saat masuk ke sekolah-sekolah ini? Pernah
juga. Apalagi setelah tahu Ami masih SMA kelas 1. Mungkin mereka enggak
percaya karena dianggap terlalu muda. Prinsip Ami justru yang muda itu
yang bawa perubahan, karena idealisme kita masih besar. Kamu tentu tidak sendiri menjalankan ini kan? Siapa saja yang bantu?
Teman-teman sekolah sangat mendukung. Ami memerlukan 40 teller atau pendongeng untuk program Bandung Bercerita. Sekarang baru ada 20.Targetnya nanti di setiap SD minimal ada lima pengajar yang bertanggung jawab di situ. Ami senang ketemu dengan teman-teman yang mendukung. Mereka enggak dibayar, malah harus keluar uang untuk transportasi. Tapi mereka sendiri merasakan berbagi itu ternyata membahagiakan.
Sejak usia belia, kamu sudah banyak melakukan aktivitas untuk lingkungan sekitarmu. Apa yang membuat kamu mau melakukan ini? Janji
mengisi kemerdekaan, seperti yang suka disebutkan setiap upacara
bendera itu bukan hanya tugas pemerintah, tapi kita semua.Apa yang bisa
Ami lakukan? Untuk
lunasin utang Bank Dunia enggak bisa, ya udah kita lunasi janji
kemerdekaan dengan yang kita bisa saja. Hal yang mungkin kecil, tapi
berguna. Lebih baik menyalakan lilin daripada tidak sama sekali.
Memang cita-cita kamu apa? "Pengin jadi presiden, hehe. Dan juga ingin punya sekolah sendiri".
Target kamu ke depan? "Untuk Bandung Bercerita nantinya enggak cuma anak-anak SD, tapi juga ke anak-anak rel kereta dan anak jalanan. 2013 nanti rencananya kegiatan ini tidak cuma di Bandung tapi lebih luas lagi ke daerah lain di Indonesia".
Target kamu ke depan? "Untuk Bandung Bercerita nantinya enggak cuma anak-anak SD, tapi juga ke anak-anak rel kereta dan anak jalanan. 2013 nanti rencananya kegiatan ini tidak cuma di Bandung tapi lebih luas lagi ke daerah lain di Indonesia".
Selain lagi kumpulin uang sama teman-teman untuk ‘studi
banding’ ke daerah-daerah lain, kita juga mulai nabung untuk bisa punya
kantor yang akan jadi basecamp Bandung Bercerita.Baca juga kisa inspirasi wiraswasta yang tak kalah inspiratif nya.