Amilia Agustin Si Ratu Sampah Sekolah yang Menjadi "Berkah"

Sunday, 8 July 2012

mrsupel.blogspot.com - rofil Amilia Agustin Si Ratu Sampah Sekolah     Amilia Agustin, seorang remaja wanita peraih hadiah penghargaan tentang kompos. Awalnya aku suka jengkel melihat orang-orang yang suka membuang sampah sembarangan. Padahal,biasanya tempat sampah itu sudah disediakan dua. Satu buat sampah organic. Dan satu
untuk sampah unorganic. Dengan sesuka hati mereka membuang sampah pada tempat yang salah. Lalu, aku mulai dengan diri sendiri untuk membiaskan diri dan membuang sampah pada tempatnya. Setelah itu, aku mulai membuat sesuatu yang bermafaat dari sampah tersebut. seperti dijadikan kompos atau barang-barang lainnya.


     Jadi saya ingin memberdayakan sampah untuk kegiatan ekonomi juga. Maksudnya,saya ingin sampah yang sudah tidak bisa dipakai itu bisa di recycle menjadi sesuatu barang yang berguna atau menjadi nilai ekonomis

     Saya bersama teman-teman yang lain bisa mengubah bungkus-bungkus indomie menjadi sajadah. Semua itu dikerjakan oleh tangan ibu-ibu. Selain itu,juga kami mengajak anak-anak yatim piatu.

    Saya bersama teman-teman saya disekolah membuat sebuah komunitas lingkungan. Sengaja saya tidak membuat komunitas tersebut dengan nama sekolah saya belajar. Khawatir nanti banyak yang tidak mau bergabung.

     Anak muda itu chance maker. Jadi, kalau kita mau berubah. Ya,harus kita memulai. Mungkin menanam satu pohon itu kecil buat dunia. Tapi,manfaatnya begitu banyak. Kalau kamu bisa untuk tidak buang sampah sembarangan maka jangan buang sampah sembarangan.

    Saya teringat ada sebuah ucapan. "Jika kamu bukan orang sembarangan maka jangan buang sampah sembarangan". Amilia Agustin, pelajar SMA XI BandungJawa Barat, yang dijuluki Ratu Sampah Sekolah, sejak SMP membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, Go To Zero Waste School. Ketika SMA, Amilia menerapkan metode From Trash to Trashion, yakni pengolahan limbah plastik dan limbah kain perca diubah menjadi tas cantik serta pengolahan sampah organik dengan metode kompos.



"Sejak usia 13 tahun ia berupaya melakukan perubahan di sekitarnya. Amilia Agustin berupaya memenuhi janji mengisi kemerdekaan yang setiap Senin diucapkan dalam upacara bendera".

     Waktu menunjukkan pukul 15.00 lewat saat Amilia Agustin memasuki SD Negeri Leuwianyar, Bandung, yang telah sepi. Dari lantai dua, belasan siswa yang telah menunggu menyambut kedatangannya.Meski sebenarnya hari itu kegiatan belajar diliburkan, para siswa ini tetap mau datang ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Bandung Bercerita yang digagas gadis genap berusia 16 tahun pada 20 April nanti ini.

     “Waktu hujan deras saja, ketika kita pikir anak-anak enggak ada yang datang, ternyata ada. Bela-belain datang naik sepeda, basah kuyup, seperti di cerita Laskar Pelangi. Terharu sekali lihat antusias mereka,” tuturnya ketika ditemui Move di Bandung, awal pekan ini. 

     Bandung Bercerita dibentuk Amilia pada 2012. Programnya, pembelajaran karakter untuk siswa SD.Sebelumnya, sejak SMP Amilia Agustin sudah menjadi aktivis lingkungan dengan membentuk komunitas yang mengelola sampah, Go To Zero Waste School. Ia juga menerapkan metode From Trash to Trashion, pengolahan limbah plastik dan kain perca menjadi tas cantik.
     Ceritakan dong bagaimana awalnya tertarik mengurusi sampah?
Dulu pas masih di SMP 11 kalau olahraga lari sering lewat tempat pembuangan sampah yang sudah menimbun. Ami berpikir itu timbunan sampah asalnya pasti dari kita juga dong.Wah, 13 tahun tinggal di sini kok Ami malah semakin membuat kotor bumi. Ami kemudian berpikir apa ya yang bisa dilakukan. Dengan bantuan Ibu Nia, guru biologi di sekolah, Ami membuat gerakan Go To Zero Waste School, mengajak teman-teman untuk melakukan pengelolaan sampah dari awal.

    

"Di antaranya dengan memilah sampah plastik dan organik. Kemudian berlanjut dengan mencoba memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Dengan begitu, kita akan mengurangi jumlah sampah sejak awal, sebelum dibuang ke penampungan".

    Bagaimana respons teman-temanmu saat itu? Banyak sih yang mempertanyakan, ngapain sih sibuk memilah sampah. Mereka bilang kan ada mang-mang (tukang) sampah yang akan melakukan itu.Justru itu, mereka kan butuh sampah plastik, apa salahnya kalau kita pilah duluan, jadi mereka tinggal bawa. Hitung-hitung sebagai sedekah. Tidak hanya bantu bumi agar tidak semakin kotor, kita juga bantu tukang sampah biar enggak kena penyakit karena korek-korek sampah.

    Bagaimana caranya kamu menyosialisasikan Go To Zero Waste School? Pertama ya di kelas sendiri dulu. Dulu Ami itu orangnya pemalu, enggak berani ngomong di depan banyak orang. Jadi cari akal gimana caranya supaya pesan ini bisa sampai ke teman-teman.
Dipakailah wayang kardus yang bahannya enggak mahal. Ami karang sendiri tokoh-tokohnya. Jadi tetap ngomong, tapi muka Ami enggak perlu kelihatan, hehehe.
    Ternyata itu cocok untuk sosialisasi sampah ke anak SMP dan SD, karena lebih menarik. Ami menanamkan konsep ke teman-teman yuk menabung sampah, bukan membuang sampah. Kalau kita menabung akan ada hasilnya. Misalnya menabung sampah organik yang nantinya akan jadi kompos. Kompos berguna untuk tanaman, dan hasil dari tanaman itu akan kita makan.Kalau from trash to trashion itu gimana?
" Itu awalnya dari keinginan membantu ibu-ibu yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Mereka punya keterampilan menjahit. Uang dari Indonesia Satu Award, Ami belikan mesin jahit portabel untuk dipakai mereka membuat tas, dompet, dan karpet dari sampah plastik, seperti bekas bungkus kopi".
     Ami yang desain, mereka yang jahit. Ada yang nanya, memang ada yang mau pakai tas seperti itu saat jalan-jalan. Makanya Ami bikin motifnya, desain yang bagus biar orang pede saat pakai. Ami sih ingin buat online shop khusus untuk memasarkan ini.
Kalau sekarang lagi sibuk apa?
    Di 2012 ini Ami bikin komunitas Children of Event atau Chilven. Salah satu programnya adalah Bandung Bercerita. Ami ngerasain kurangnya kebebasan berpendapat pada anak-anak. Pokoknya guru itu paling benar. Jadi, anak-anak cenderung pasif karena ditekan. Padahal setiap anak itu punya cerita dan pendapat yang perlu didengar. Tujuannya untuk pendidikan dan lingkungan.Bicara lingkungan, ya kembali ke sampah lagi. Gimana belajar bisa enak kalau masih terganggu oleh masalah sampah? Anak bisa belajar dengan kondusif kalau lingkungan juga mendukung.

     Seperti apa programnya? Di Bandung Bercerita kita mengajak anak-anak untuk menulis dan merangkai cerita mereka. Mereka juga belajar observasi dari hal-hal yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita ajak mereka ke tempat pembuangan sampah di Tegal Lega. Mereka lihat sendiri kondisi lingkungan mereka. Kita kasih penjelasan soal sampah. Anak-anak dibiasakan berpikir kritis dan berpikiran jangka panjang. Insya Allah kalau mereka besar akan jadi calon pemimpin karena dari kecil sudah dididik berani ambil keputusan dan mencari solusi. Targetnya kita akan masuk di 12 SD. 

     Sekarang baru 6. Beberapa di antaranya kita sengaja cari SD yang di pelosok. Seperti minggu ini Ami jalan ke Lembang, mencari sekolah yang setelah naik angkot dua kali dan dilanjutkan naik ojek, kita masih perlu jalan kaki lagi lewat hutan selama 1 jam sebelum ketemu sekolah tersebut.
    Nanti pada 12-12-12, 12 SD tersebut akan menjadi Dewan Perwakilan Anak. Mereka ini akan bergabung di Bandung Bercerita. Setiap sekolah ada 20-30 orang siswa yang mewakili.Pernah dapat penolakan saat masuk ke sekolah-sekolah ini? Pernah juga. Apalagi setelah tahu Ami masih SMA kelas 1. Mungkin mereka enggak percaya karena dianggap terlalu muda. Prinsip Ami justru yang muda itu yang bawa perubahan, karena idealisme kita masih besar. Kamu tentu tidak sendiri menjalankan ini kan? Siapa saja yang bantu?

   Teman-teman sekolah sangat mendukung. Ami memerlukan 40 teller atau pendongeng untuk program Bandung Bercerita. Sekarang baru ada 20.Targetnya nanti di setiap SD minimal ada lima pengajar yang bertanggung jawab di situ. Ami senang ketemu dengan teman-teman yang mendukung. Mereka enggak dibayar, malah harus keluar uang untuk transportasi. Tapi mereka sendiri merasakan berbagi itu ternyata membahagiakan.
     Sejak usia belia, kamu sudah banyak melakukan aktivitas untuk lingkungan sekitarmu. Apa yang membuat kamu mau melakukan ini? Janji mengisi kemerdekaan, seperti yang suka disebutkan setiap upacara bendera itu bukan hanya tugas pemerintah, tapi kita semua.Apa yang bisa Ami lakukan? Untuk lunasin utang Bank Dunia enggak bisa, ya udah kita lunasi janji kemerdekaan dengan yang kita bisa saja. Hal yang mungkin kecil, tapi berguna. Lebih baik menyalakan lilin daripada tidak sama sekali.
      Memang cita-cita kamu apa? "Pengin jadi presiden, hehe. Dan juga ingin punya sekolah sendiri".

     Target kamu ke depan? "Untuk Bandung Bercerita nantinya enggak cuma anak-anak SD, tapi juga ke anak-anak rel kereta dan anak jalanan. 2013 nanti rencananya kegiatan ini tidak cuma di Bandung tapi lebih luas lagi ke daerah lain di Indonesia".
     Selain lagi kumpulin uang sama teman-teman untuk ‘studi banding’ ke daerah-daerah lain, kita juga mulai nabung untuk bisa punya kantor yang akan jadi basecamp Bandung Bercerita.Baca juga kisa inspirasi wiraswasta yang tak kalah inspiratif nya.

Written By shermia diandra