Kebangkrutan Tak Menghalangi Siti Aminah Menjadi Wiraswastawan Sukses Dari Solo

Tuesday 20 November 2012
Murah senyum, enak diajak ngobrol, bersahaja, itulah kesan ketika bertemu dengan Siti Aminah. Ya, perempuan kelahiran Solo, 22 Desember 1972 ini mampu menggugah semangat seseorang untuk menggapai sukses dalam berwirausaha mengolah sampah.

Siti merupakan salah satu perempuan di Kota Solo yang mampu menyulap sampah koran menjadi rupiah. Dalam perkembangannya, tak hanya sampah koran, Siti mampu mengolah semua jenis sampah baik organik, anorganik dan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Sebelum merambah ke dunia sampah, Siti merupakan pengusaha grosir sembako dari 2003 hingga 2008. Dia memiliki kios sembako tak jauh dari rumahnya. Namun usaha sembako mengalami kolaps sekitar 2008. Kala itu, hutang Siti bertumpuk. Untuk menutup hutangnya, Siti terpaksa melepas kios miliknya.
Pada masa transisi tersebut, Siti tak bisa berbuat banyak. Hingga suatu hari, Siti melihat ibu-ibu membawa tas jinjing beranyam rotan dengan lintingan yang rapi. Dari itulah, muncul ide Siti mengambil koran bekas kemudian melintingnya.  “Ternyata hasil lintingan koran yang saya lakukan sama dengan lintingan dari tas itu. Kemudian saya berpikir, ternyata sampah koran jika dimanfaatkan akan sangat berharga,” papar Siti saat ditemui Solopos.com di rumahnya Jl. Kerinci Dalam VI No 168, Sambirejo RT 003/RW 009, Kadipiro, Banjarsari, Kamis (21/9/2012).
Dari hal sepele itu, Siti memiliki ide brilian untuk mengolah sampah koran di rumahnya menjadi pundi-pundi rupiah. Selama satu tahun (2008-2009), Siti berkutat untuk membikin kerajinan dengan bahan baku sampah koran.
“Saya terus mencoba untuk menemukan pewarnaan yang cocok. Banyak kegagalan juga. Namun saya tak menyerah begitu saja.”
Setiap hari ia belajar mencocokkan bahan baku yang pas untuk menghasilkan beragam karya kerajinan. Hasilnya, kerja keras istri Samad Tahir ini tak sia-sia. Beragam kerajinan tangan hasil karya Siti ternyata diterima oleh masyarakat luas. Tak hanya tas namun asbak hingga pernak-penik perhiasan dalam undangan pernikahan berhasil ia ciptakan. Produk-produk tersebut dijual mulai Rp3.000 hingga ratusan ribu rupiah. Penghasilan Siti pun merangkak naik. Hingga pada 2011, kios sembako yang sudah berpindah tangan akhirnya dapat dimiliki kembali. Seluruh utang juga terbayar lunas.
Tak hanya membuat kerajinan tangan, perempuan alumnus Kampus Gunadarma Jakarta ini juga merambah pada usaha pemberdayaan masyarakat. Dia bersedia menjalin mitra dengan memberikan pelatihan di tingkat kelurahan.   Selain itu Siti juga seorang entrepreneurship yang kerap mengisi ceramah motivasi bisnis mengelola sampah. Bahkan cita-cita Siti ingin menjadikan Kota Solo sebagai bank sampah. “Artinya semua jenis sampah di Solo bisa disulap menjadi rupiah. Satu hal lagi, kelompok usaha kecil di tingkat kelurahan perlu dihidupkan agar usaha ekonomi kerakyatan berkembang,” terang Siti.


 Pengusaha asing dari sedikitnya enam negara menaruh minat besar pada furnitur dan handycraft berbahan dasar limbah koran.
Mereka mengakui kerajinan limbah koran buatan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bina Usaha Mandiri tersebut belum ada di negara mereka. Menurut Pemrakarsa KUB Bina Usaha Mandiri, Siti Aminah, ada sedikitnya enam pengusaha asing meminta dikirim contoh produk kerajinan limbah koran. Enam pengusaha itu tersebar di Singapura, negara Asia lain, Amerika, Timur Tengah dan Eropa.

“Mereka heran sekaligus tidak percaya bagaimana limbah koran bisa jadi seperti ini. Setelah melihat mereka minta saya kirim sampel. Kata mereka yang seperti ini belum ada di tempat mereka,” ungkap Siti, saat ditemui wartawan, di lokasi usahanya, Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Selasa (6/12/2011).
Siti menerangkan kerajinan dari limbah koran yang dia buat bersama seratusan ibu rumah tangga sekitar Kadipiro memiliki bentuk yang unik, kuat atau kaku dan tidak mudah rusak. Sebagai contoh, saat dibawa ke Semarang salah satu produk berupa interior rumah tidak rusak walau terendam air. Siti memiliki resep khusus agar kerajinan limbah koran buatannya kaku dan awet.

Kerajinan limbah koran sendiri mulai dikembangkan Siti di 2009. Secara otodidak dia merancang desain sekaligus membuat kerajinan dari limbah koran yang dipilin dan dipelintir. Hanya dua jenis itu yang dibutuhkan untuk membuat beraneka ragam kerajinan. Akhirnya di 2010, dia resmi memproduksi gantungan kunci, tempat tisu, keranjang, tas, sampai furnitur dengan tinggi lebih dari 1 meter dari bahan limbah koran. Hingga saat ini ada 170 desain berbeda berhasil dia ciptakan.