Kebanyakan para mantan TKI mengalami post power syndrom ketika
kembali ke tanah air. Penghasilan yang relatif tinggi di luar negeri
membuat para mantan TKI seakan segan sekaligus bingung untuk kembali
memulai ‘karir’ ketika pulang ke tanah air. Satu alternative lain adalah
dengan cara membuka usaha sendiri. Namun harus diakui bahwa kebanyakan
dari kita masih ragu-ragu untuk memulai sebuah usaha.
Satu penyebab
dasar adalah tidak adanya jiwa wiraswasta. Sebenarnya para mantan TKI
mempunyai satu kelebihan diantara masyarakat yang lain, tabungan dari
pengahasilan selama menjadi TKI dapat dimanfaatkan sebagai modal awal. Namun kembali lagi pada persoalan tidak adanya mental wirausahawan.
Ketika seorang TKI yang akan segera ‘pensiun’. hampir bisa dipastikan punya pikiran merasa terkurung dalam
sebuah doktrin berfikir yang tertanam selama bertahun-tahun, yaitu cara
berfikir yang selalu employed-oriented alias bekerja (pada orang lain)
entah itu kantoran, hotel dan sejenisnya. Tidak pernah berfikir tentang
self-employed/membuat usaha sendiri misalnya jualan sayur, jualan bakso,
jadi tukang cukur dan sejenisnya yang bisa dikategorikan usaha sendiri.
"Sejak masa sekolah selalu berfikir kerja dimana, jadi apa, posisi apa dll. Ketika sudah bekerja pada perushaan A dengan gaji tinggi, lalu berfikir lagi untuk kerja di perusahaan B yang menawarkan lebih. Doktrin itulah yang sangat berperan sehingga mental babu (baca: mental pekerja, bukan mental pengusaha) tumbuh subur dalam dalam mencuci otaknya".
Inilah salah satu penuturan mantan seorang TKI.........
“Saya jadi babu dan kaya, so mengapa mesti wiraswasta lagi?”
Saya tidak mengatakan bahwa menjadi pekerja adalah tidak OK, sama
sekali tidak. Ada satu kepuasan tersendiri jika punya usaha sendiri dan
menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Tidak ada yang salah.
Saya
sendiri sampai saat ini adalah seorang pekerja yang bermental babu
tulen. Harus diakui bahwa karena menjadi babulah saya bisa seperti
sekarang, belum kaya sih tapi cukup makan dan minum, dan cukup yg
lainnya. Saya hanya merasa bahwa mungkin sudah saatnya saya mulai
berfikir untuk move forward dan menghentikan mental babu itu dan mulai
belajar untuk berfikir mandiri dalam dunia kerja.
Secara sepintas, modal dan kesempatan terlihat menjadi faktor
yang menentukan tapi nyatanya tidak. Saya punya banyak kolega yang sudah
menjadi pekerja bertahun2 bahkan puluhan tahun, baik di dalam maupun
luar negeri. Dari segi modal rasanya tidak menjadi masalah untuk memulai
sebuah usaha sendiri skala kecil/menengah.
"Tapi karena mental babu yang masih begitu kuat dan tidak mau keluar dari comfort zone maka tidak ada pikiran sama sekali untuk memulainya. Yang ada hanyalah kesibukan yang terus menerus dan selalu dalam hunting mode untuk mencari di perusahaan/hotel mana bekerja".
Alhasil, saya sangat sedikit mempunyai
teman yang bisa diajak ngobrol dan berjiwa wiraswasta. Walaupun tidak
bisa serta merta, paling tidak mempersiapkan diri setelah selesai
bekerja di negeri orang. Mereka hanya sibuk mencari update2 berita hotel
apa berdiri dimana, hotel apa ada lowongan dan service chargenya berapa
dan sejenis2nya.
Jika terus termakan doktrin itu, lalu sampai kapan menjadi babu
terus? Akankah sampai tua? Apa tidak bosan bekerja untuk orang lain
terus? Ternyata belajar berjiwa wiraswasta tidak harus melulu yg muluk2
dan tinggi2. Berikut beberapa tips untuk memulainya:
1. Stop mental babu itu.
Hal yang paling penting
adalah pikiran kita. Kebanyakan dari kita sudah terbiasa selalu berfikir
sesuai doktrin itu sehingga menutup mata untuk hal2 menyangkut
wiraswasta. Jika pikiran sudah terbuka maka selanjutnya akan lebih
mudah.
2. Konsep modal.
Memang modal menjadi faktor utama
dalam memulai sebuah usaha mandiri tapi tidak menjadi faktor penentu.
Banyak cara untuk mensiasati faktor ini misalnya nabung sejak dini,
pinjaman dll.
3. Jangan muluk2 dan tinggi2.
Dalam memulai usaha
sendiri, jgn langsung memikirkan hal2 yg gede dan muluk2 misalnya
bagaimana menyaingi KFC, bagaimana menyaingi BCA dll. Mulailah dengan hal2 kecil dan biarkan pikiran kita membentuk sebuah konsep dulu dengan
fondasi yang kuat ke arah bisnis.
4. Hobi dan jeli melihat peluang.
Idealnya memulai
sebuah usaha adalah sesuai dengan hobi sehingga dalam menjalaninyapun
akan lebih enjoy. Jika senang makan, buatlah warung nasi yang punya ciri
khas dan branding sendiri misalnya Warung Makan Bajak Laut. Jika senang
fashion, buatlah usaha butik misalnya dengan sentuhan khas yg
menbedakan dari usaha sejenis. Jika senang online, bikin warnet. Jika
senang bakso, jadilah juragan bakso, buat beberapa rombong (sekitar 2
jtan perbuah) lalu cari pekerja orang Jawa (maaf orang Bali gengsinya
gede, walau kantongnya kosong) yang mau dimodalin untuk jualan bakso.
5. Tanyakan pada diri sendiri.
Akhirnya semua
kembali berpulang pada diri sendiri. Tanyakan pada diri kita masing,
apakah saya ini termasuk forever babu-oriented atau
entrepreneur-oriented. Saya sendiri termasuk semi babu oriented.Langkah nyata yang bisa ditempuh untuk tahap awal menumbuhkan jiwa wiraswasta adalah dengan cara belajar investasi. Pergunakan uang hasil
kerja keras selama menjadi TKI dengan bijaksana dan tepat guna sehingga
setelah tidak lagi bekerja menjadi TKI, kita tidak tidak akan menjadi
pengganguran tingkat tinggi. Berikut ini beberapa ide investasi yang
bisa menjadi pertimbangan:
1. Rumah/Tanah.
Membeli tanah dan atau tanah sudah
menjadi investasi favorit para pekerja di luar negeri. Kenapa favorite?
Karena bentuk investasi ini paling mudah dan tidak memerlukan pemikiran
bisnis yang ruwet (baca: managemen). Secara mereka berada jauh diluar
negeri sehingga tentunya tidak bisa menangani langsung sehingga
tanah/rumah menjadi pilihan gampang. Tinggal kumpulin uang, cari lokasi
yang pas lalu beli. Di samping itu, harga tanah/rumah tidak akan turun
alias selalu naik dari tahun ke tahun. Jadi kemungkinan rugi sangat
sedikit kecuali rumah/tanahnya kena musibah/bencana alam
2. Rumah kos-kosan.
Investasi dalam bentuk bisnis
rumah kos-kosan juga lagi menjadi trend belakangan ini dikalangan teman2
pekerja di luar negeri. Investasi ini cukup menjanjikan mengingat arus
urbanisasi di kota Denpasar terus meningkat dari tahun ke tahun. Lokasi2
yang startegis biasanya dekat kampus/sekolah dan juga dekat pusat2
ekonomi. Unfortunately, naiknya harga BBM baru2 ini cukup mencekik
tenggorokan para peminat bisnis kos-kosan ini mengingat harga bahan
bangunan meroket.
3. Kendaraan bermotor (personal atau untuk rental).
Bentuk investasi yang tak kalah menariknya adalah bisnis beli mobil
second untuk rental. Spesifikasi mobil bekas biasanya yang diatas tahun
2000 dan juga merek2 tertentu semisal Toyota Avanza, Toyota Kijang,
Daihatzu Xenia dan sejenisnya. Rata2 income bersih untuk satu mobil
adalah antara 3 jt - 5 jt rupiah per bulan.
4. Usaha Kecil/Menengah.
Sebagian pemburu dollar di
luar negeri juga melakukan bentuk investasi yang lebih serius. Dibilang
serius karena memerlukan pemikiran extra untuk menjalankannya (business
plan) semisal usaha warung makan, usaha bengkel, usaha warnet/wartel, usaha fotocopi dan lain sebagainya.
5. Deposito Dollar.
Last but not least adalah
investasi dalam bentuk investasi dollar. Bisnis ini cukup bikin jantung
berdetak karena fluktuasinya yang dinamis tiap harinya. Biasanya selalu
rajin mlototin internet untuk liat nilau nilai dollar. Bahkan terkadang
mengharapkan ekonomi Indonesia anjlok sehingga nilai dollar menjadi
meroket.