Ide wiraswasta Untuk mantan TKI

Wednesday 19 September 2012
Kebanyakan para mantan TKI mengalami post power syndrom ketika kembali ke tanah air. Penghasilan yang relatif tinggi di luar negeri membuat para mantan TKI seakan segan sekaligus bingung untuk kembali memulai ‘karir’ ketika pulang ke tanah air. Satu alternative lain adalah dengan cara membuka usaha sendiri. Namun harus diakui bahwa kebanyakan dari kita masih ragu-ragu untuk memulai sebuah usaha.

Satu penyebab dasar adalah tidak adanya jiwa wiraswasta. Sebenarnya para mantan TKI mempunyai satu kelebihan diantara masyarakat yang lain, tabungan dari pengahasilan selama menjadi TKI dapat dimanfaatkan sebagai modal awal. Namun kembali lagi pada persoalan tidak adanya mental wirausahawan.


Ketika seorang TKI yang akan segera ‘pensiun’. hampir bisa dipastikan  punya pikiran merasa terkurung dalam sebuah doktrin berfikir yang tertanam selama bertahun-tahun, yaitu cara berfikir yang selalu employed-oriented alias bekerja (pada orang lain) entah itu kantoran, hotel dan sejenisnya. Tidak pernah berfikir tentang self-employed/membuat usaha sendiri misalnya jualan sayur, jualan bakso, jadi tukang cukur dan sejenisnya yang bisa dikategorikan usaha sendiri. 


"Sejak masa sekolah selalu berfikir kerja dimana, jadi apa, posisi apa dll. Ketika sudah bekerja pada perushaan A dengan gaji tinggi, lalu berfikir lagi untuk kerja di perusahaan B yang menawarkan lebih. Doktrin itulah yang sangat berperan sehingga mental babu (baca: mental pekerja, bukan mental pengusaha) tumbuh subur dalam dalam mencuci otaknya".

Inilah salah satu penuturan mantan seorang TKI.........
“Saya jadi babu dan kaya, so mengapa mesti wiraswasta lagi?” Saya tidak mengatakan bahwa menjadi pekerja adalah tidak OK, sama sekali tidak. Ada satu kepuasan tersendiri jika punya usaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Tidak ada yang salah. 


Saya sendiri sampai saat ini adalah seorang pekerja yang bermental babu tulen. Harus diakui bahwa karena menjadi babulah saya bisa seperti sekarang, belum kaya sih tapi cukup makan dan minum, dan cukup yg lainnya. Saya hanya merasa bahwa mungkin sudah saatnya saya mulai berfikir untuk move forward dan menghentikan mental babu itu dan mulai belajar untuk berfikir mandiri dalam dunia kerja.


Secara sepintas, modal dan kesempatan terlihat menjadi faktor yang menentukan tapi nyatanya tidak. Saya punya banyak kolega yang sudah menjadi pekerja bertahun2 bahkan puluhan tahun, baik di dalam maupun luar negeri. Dari segi modal rasanya tidak menjadi masalah untuk memulai sebuah usaha sendiri skala kecil/menengah. 


"Tapi karena mental babu yang masih begitu kuat dan tidak mau keluar dari comfort zone maka tidak ada pikiran sama sekali untuk memulainya. Yang ada hanyalah kesibukan yang terus menerus dan selalu dalam hunting mode untuk mencari di perusahaan/hotel mana bekerja". 


Alhasil, saya sangat sedikit mempunyai teman yang bisa diajak ngobrol dan berjiwa wiraswasta. Walaupun tidak bisa serta merta, paling tidak mempersiapkan diri setelah selesai bekerja di negeri orang. Mereka hanya sibuk mencari update2 berita hotel apa berdiri dimana, hotel apa ada lowongan dan service chargenya berapa dan sejenis2nya.


Jika terus termakan doktrin itu, lalu sampai kapan menjadi babu terus? Akankah sampai tua? Apa tidak bosan bekerja untuk orang lain terus? Ternyata belajar berjiwa wiraswasta tidak harus melulu yg muluk2 dan tinggi2. Berikut beberapa tips untuk memulainya:


1. Stop mental babu itu
Hal yang paling penting adalah pikiran kita. Kebanyakan dari kita sudah terbiasa selalu berfikir sesuai doktrin itu sehingga menutup mata untuk hal2 menyangkut wiraswasta. Jika pikiran sudah terbuka maka selanjutnya akan lebih mudah.


2. Konsep modal
Memang modal menjadi faktor utama dalam memulai sebuah usaha mandiri tapi tidak menjadi faktor penentu. Banyak cara untuk mensiasati faktor ini misalnya nabung sejak dini, pinjaman dll.


3. Jangan muluk2 dan tinggi2.
 Dalam memulai usaha sendiri, jgn langsung memikirkan hal2 yg gede dan muluk2 misalnya bagaimana menyaingi KFC, bagaimana menyaingi BCA dll. Mulailah dengan hal2 kecil dan biarkan pikiran kita membentuk sebuah konsep dulu dengan fondasi yang kuat ke arah bisnis.


4. Hobi dan jeli melihat peluang. 
Idealnya memulai sebuah usaha adalah sesuai dengan hobi sehingga dalam menjalaninyapun akan lebih enjoy. Jika senang makan, buatlah warung nasi yang punya ciri khas dan branding sendiri misalnya Warung Makan Bajak Laut. Jika senang fashion, buatlah usaha butik misalnya dengan sentuhan khas yg menbedakan dari usaha sejenis. Jika senang online, bikin warnet. Jika senang bakso, jadilah juragan bakso, buat beberapa rombong (sekitar 2 jtan perbuah) lalu cari pekerja orang Jawa (maaf orang Bali gengsinya gede, walau kantongnya kosong) yang mau dimodalin untuk jualan bakso.


5. Tanyakan pada diri sendiri
Akhirnya semua kembali berpulang pada diri sendiri. Tanyakan pada diri kita masing, apakah saya ini termasuk forever babu-oriented atau entrepreneur-oriented. Saya sendiri termasuk semi babu oriented.Langkah nyata yang bisa ditempuh untuk tahap awal menumbuhkan jiwa wiraswasta adalah dengan cara belajar investasi. Pergunakan uang hasil kerja keras selama menjadi TKI dengan bijaksana dan tepat guna sehingga setelah tidak lagi bekerja menjadi TKI, kita tidak tidak akan menjadi pengganguran tingkat tinggi. Berikut ini beberapa ide investasi yang bisa menjadi pertimbangan:


1. Rumah/Tanah
Membeli tanah dan atau tanah sudah menjadi investasi favorit para pekerja di luar negeri. Kenapa favorite? Karena bentuk investasi ini paling mudah dan tidak memerlukan pemikiran bisnis yang ruwet (baca: managemen). Secara mereka berada jauh diluar negeri sehingga tentunya tidak bisa menangani langsung sehingga tanah/rumah menjadi pilihan gampang. Tinggal kumpulin uang, cari lokasi yang pas lalu beli. Di samping itu, harga tanah/rumah tidak akan turun alias selalu naik dari tahun ke tahun. Jadi kemungkinan rugi sangat sedikit kecuali rumah/tanahnya kena musibah/bencana alam


2. Rumah kos-kosan
Investasi dalam bentuk bisnis rumah kos-kosan juga lagi menjadi trend belakangan ini dikalangan teman2 pekerja di luar negeri. Investasi ini cukup menjanjikan mengingat arus urbanisasi di kota Denpasar terus meningkat dari tahun ke tahun. Lokasi2 yang startegis biasanya dekat kampus/sekolah dan juga dekat pusat2 ekonomi. Unfortunately, naiknya harga BBM baru2 ini cukup mencekik tenggorokan para peminat bisnis kos-kosan ini mengingat harga bahan bangunan meroket.


3. Kendaraan bermotor (personal atau untuk rental)
 Bentuk investasi yang tak kalah menariknya adalah bisnis beli mobil second untuk rental. Spesifikasi mobil bekas biasanya yang diatas tahun 2000 dan juga merek2 tertentu semisal Toyota Avanza, Toyota Kijang, Daihatzu Xenia dan sejenisnya. Rata2 income bersih untuk satu mobil adalah antara 3 jt - 5 jt rupiah per bulan.


4. Usaha Kecil/Menengah
Sebagian pemburu dollar di luar negeri juga melakukan bentuk investasi yang lebih serius. Dibilang serius karena memerlukan pemikiran extra untuk menjalankannya (business plan) semisal usaha warung makan, usaha bengkel, usaha warnet/wartel, usaha fotocopi dan lain sebagainya.


5. Deposito Dollar
Last but not least adalah investasi dalam bentuk investasi dollar. Bisnis ini cukup bikin jantung berdetak karena fluktuasinya yang dinamis tiap harinya. Biasanya selalu rajin mlototin internet untuk liat nilau nilai dollar. Bahkan terkadang mengharapkan ekonomi Indonesia anjlok sehingga nilai dollar menjadi meroket.