"Sekarang" Adalah saat yang Tepat Untuk Mulai Berwirausaha

Wednesday 18 July 2012
Menghadapi persaingan hidup yang semakin sulit dan keras seperti sekarang ini, sering membuat seseorang berpikir, usaha apalagi yang harus dilakukan? Pekerjaan apa lagi yang mesti dikerjakan? Peluang apa yang masih menjanjikan? Begitulah, banyak orang berpikir dengan keras untuk memecahkan masalah yang membelitnya. 


Setiap hari harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung, sementara penghasilan yang diperoleh tetap, atau mungkin malah berkurang karena perusahaan tempat bekerja selama ini mengurangi produksinya, akibat daya beli masyarakat yang menurun. Banyak usaha yang tumbang, bangkrut atau
gulung tikar, pengangguran  di mana-mana dan angka kriminalitaspun meningkat tajam.


Dalam kondisi krisis seperti ini, hanya orang tangguhlah yang mampu  bertahan untuk terus melanjutkan usahanya. Di negeri ini, setiap tahun pendaftar CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) tiap daerah rata-rata adalah 20.000 orang. Jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang dibutuhkan daerah adalah rata-rata 200 orang. Maka persaingan menjadi pegawai negeri adalah 1:100 (Juniardi, 2007:11).  Oleh sebab itu, jangan terlalu berharap untuk mendapatkan  pekerjaan, tetapi berpikirlah untuk menciptakan pekerjaan, yang mungkin  belum tergarap dan justru diperlukan pada saat seperti ini. 

Banyak orang bingung untuk memulai sebuah usaha yang hendak ditekuninya, padahal banyak cara bisa dilakukan untuk memulai sebuah usaha, entah sebagai usaha sampingan atau pokok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan   adalah dengan cara mengamati segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya yang memungkinkan jadi peluang bisnis, kemudian mengidentifikasi apa saja yang diperlukan, termasuk potensi yang dimiliki.

Menjadi seorang pengusaha, sebenarnya tidak perlu menunggu sampai terjadi krisis ekonomi dahulu, atau menunggu seseorang lulus sekolah/kuliah, atau bahkan nanti kalau sudah dewasa. Saat ini juga sebenarnya, para orangtua dapat mulai  menyiapkan anak-anaknya untuk menjadi seorang wirausaha, tentunya kegiatan ini jangan sampai mengganggu tugas utamanya sebagai seorang pelajar/mahasiswa. Jenis usaha yang dapat dilakukan, adalah usaha yang memberikan rasa senang pada anak, jangan malah sebaliknya menjadikan beban tersendiri bagi sang anak.

Latihan berusaha,  akan melatih  sang anak, bagaimana cara mendapatkan uang dari jerih payah sendiri, bagaimana menghadapi tantangan dan rintangan, serta bertanggung jawab dalam membelanjakan uang. Akan tetapi yang perlu ditekankan kepada mereka, jangan sampai karena perhitungan bisnis merubah anak  menjadi pelit, sehingga membuatnya dijauhi teman. Oleh sebab itu sejak awal konsep wirausaha harus dibarengi juga dengan pendidikan akhlaknya, kapan harus berdagang dan kapan harus menolong/berbagi, bagaimana menjaga kepercayaan/kejujuran, serta bagaimana cara  menyisihkan sebagian keuntungan yang bukan menjadi haknya, agar kelak mereka dapat tumbuh menjadi seorang wirausahawan yang tangguh dan ulet tetapi jujur dan mulia.

Wirausaha dan Kewirausahaan

Modul Kewirausahaan Online, menjelaskan bahwa; Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan, sedangkan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.

Membaca pengertian diatas, jelaslah bahwa yang diperlukan seseorang sebelum memulai usahanya adalah  semangat (motivasi) yang kuat, ketika orang tua dan anak-anak sudah memiliki semangat yang kuat, segeralah melangkah ketahapan berikutnya untuk merencanakan jenis usaha apa yang akan dikerjakan. Di sinilah biasanya orang  sering bingung untuk menentukan.  Menurut Hakim, (1998:104) ”Yang perlu kita lakukan pertama kali adalah memeriksa dan berusaha mengenal diri sendiri. … siapa diri kita sebenarnya, bagaimana sifatnya, apa saja kemampuannya, apa saja kesenangan-kesenangannya, dsb”, dengan mengenali diri sendiri, kita akan lebih mudah menyesuaikan bidang usaha yang akan dijalankan.

Menentukan Jenis Usaha 

Menjadi pengusaha bukanlah sesuatu yang mudah, dibutuhkan mental yang kuat, sifat yang ulet, percaya diri, berani, tahan banting, petualang dan sikap-sikap lainnya. Oleh karena itu untuk menjadi entrepreneur yang sukses, seseorang perlu mendapat pengarahan visi dan mental kewirausahaan sedini mungkin dan semuda mungkin (Kamaluddin, 2007: 20).
Bagi seseorang yang akan memulai usaha, menemukan ide bisnis tentu tidak semudah mereka yang sehari-hari selalu bergelut dengan peluang bisnis. Jangankan bagi pemula, bagi mereka yang sudah mahirpun, terkadang ide bisnis yang tepat juga masih sering sulit didapatkan. Banyak usaha yang bermula dari hal-hal yang yang sifatnya sepele dan kurang diperhatikan orang. Persoalannya tinggal berlatih untuk mengasah kepekaan dalam menangkap peluang bisnis. Beberapa ide bisnis yang dapat dipelajari, menurut Pradhana, (2006:60) diantaranya:

1. Potensi Hobi

Hobi sekalipun ternyata bisa dijadikan sumber penghasilan, masalahnya kebanyakan orang tidak menyadari potensi bisnis dalam hobi-hobi tertentu. Bahkan kitapun masih sering secara sukarela melakukannya tanpa berharap mendapatkan uang. Padahal beberapa hobi tertentu memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, misal: hobi olahraga, memasak, membuat kerajinan tangan, memperbaiki lat-alat elektronik, dsb.

2. Keluhan Orang

Keluhan yang sering kita dengar, hendaknya kita sikapi dengan kritis untuk menangkap solusinya. Setiap keluhan berarti menggambarkan segmen pasar yang belum tergarap. Tugas  kita untuk mengubah keluhan menjadi peluang usaha dengan cara menyediakan solusinya, misal: salon khusus wanita, karena bagi muslimah tentu tidak ingin bercampur dengan kaum lelaki, jasa penitipan anak, dsb.

3. Mencontek atau Meniru

Langkah termudah dalam usaha adalah meniru atau mencontek bisnis orang lain. Tetapi meniru, bukan berarti mencontek seratus persen bisnis orang lain, sebaliknya, meniru untuk dijadikan pijakan bisnis atau menjadikannya sebagai sumber inspirasi. Dengan melakukan penambahan dan perbaikan serta pengembangan disana-sini, kemungkinan seseorang bisa mendapatkan formula yang terbaik bagi bisnisnya.

4. Waralaba

Jika seseorang malas membangun sistem bisnis dari nol, dan tidak banyak ide bisnis, maka dapat membeli Waralaba sesuai dengan modal yang dimiliki. Waralaba adalah kerjasama bisnis antara si pemilik asli usaha dengan orang yang akan menerapkan bisnis yang sama persis baik segi sistem, rasa, merk, dan bahan bakunya. Biasanya untuk menyamakan semua item tersebut, pihak pemilik bisnis (pewaralaba) akan membuat standarisasi atau sistem yang baku, sehingga bisa diterapkan di semua tempat pembeli waralaba (terwaralaba).

Dari beberapa ide di atas, maka orangtua dapat segera memilih dan memilah, kira-kira bisnis apa, dan bagaimana yang sesuai untuk anak-anaknya, dengan mendiskusikan modal apa saja  yang dimiliki, fasilitas yang harus disediakan, kemampuan, kerjasama dan tak lupa tantangan serta segala kemungkinan yang tidak bisa diprediksi di awal mulai menjalankan usaha.


Modal dan Mitra Usaha

Modal dan mitra usaha adalah hal yang sangat penting bagi keberhasilan suatu usaha. Keberadaannya membuat suatu usaha maju, masalahnya adalah bagaimana mendapatkan modal dan bagaimana menemukan mitra yang tepat. Modal tidak selalu berarti uang, dan mitra usaha adalah orang yang membuat rasa aman dan optimis menjalankan usaha. Menurut Helmy Yahya (2006: 90), ”Modal itu masalah mindset, bagaimana anda berpikir. 


Jika anda berpikir bahwa modal itu uang, mata anda akan tertutup dengan segala hal lain yang berpeluang menjadi modal. Ketika mindset anda mengatakan bahwa modal itu tidak hanya uang, maka dengan serta merta bermunculanlah aneka potensi yang bisa menjadi modal.” Beberapa potensi yang bisa menjadi modal, antara lain:
  1. Reputasi
Seberapa layak seseorang dipercaya oleh orang lain dan bagaimana orang menilainya adalah sangat penting. Reputasi adalah bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Jika seseorang yakin bahwa melayani orang lain adalah penting, maka hidupnya akan dipenuhi oleh semangat melayani.
  1. Prestasi
Berarti berusaha melebihi kemampuan, baik kemampuan diri sendiri maupun orang lain. Prestasi adalah alat promosi terbaik bagi orang lain untuk menjalin usaha. Prestasi tidak selalu berarti penghargaan formal, walaupun penghargaan formal sudah pasti diberikan hanya untuk orang yang berprestasi.
  1. Kreativitas
Kreativitas bisa dijadikan modal. Kreativitas seringkali berhubungan dengan kecepatan. Menjadi entrepreneur mengandalkan kecepatan menilai peluang dan mengubahnya menjadi keuntungan. Dengan kreativitas, seseorang memiliki “harga yang berbeda” dan kreativitas adalah proses seumur hidup, tidak boleh berhenti.
  1. Kejujuran
Kejujuran juga bisa menjadi modal. Kejujuran sulit diukur, karena seseorang lebih mudah merasakan akibat dari ketidak jujuran. Kejujuran membuat seseorang merasa aman menjalin usaha bersamanya. Kejujuran berarti selalu berada pada ketentuan yang benar.


e. Kepintaran
Kepintaran bisa menjadi modal, karena dengan kepintaran orang bisa mencerna masalah dengan lebih jernih, melihat peluang dengan lebih jelas, dan melihat setiap kondisi dengan sisi yang positif.

f. Kepercayaan
Kepercayaan adalah hal penting dalam bisnis, jika seseorang dapat membuat percaya orang lain, berarti itulah aset yang terbesar baginya. Kepercayaan sulit dibangun, tetapi begitu mudah dihancurkan. Perlu usaha yang besar dan perjuangan yang keras untuk membangun kepercayaan, walaupun hanya butuh kesalahan kecil saja untuk menghancurkannya.

Mitra usaha yang terbaik adalah Soulmate (belahan jiwa). Soulmate, bukanlah pasangan kekasih, atau suami istri, atau yang sejenisnya. Akan tetapi lebih tentang kesatuan dua jiwa atau lebih yang saling memahami tanpa harus diberitahu, saling memberi tanpa meminta, dan saling berlomba memberikan yang terbaik, bahkan mau berkorban bagi belahan jiwanya. Usaha keluarga, antara orangtua dan anak, diharapkan lebih mudah menyatukan kesatuan pandangan dan pemahaman untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Membentuk Entrepreneur Muda yang Saleh

Keberanian adalah salah satu modal wirausaha. Ketika seseorang menyatakan bahwa dia adalah seorang wirausaha, maka harus berani mimpi, berani mencoba, berani merantau, berani gagal dan berani sukses. Oleh sebab itu sajak dini, orangtua sebaiknya sudah melatih anak-anaknya untuk belajar berjiwa usaha. Dalam buku “Bagaimana Rasululah Saw Membangun Kerajaan Bisnis” (2007:14) dijelaskan, “Sejak dini Muhammad Saw, telah ditempa  dalam lingkungan semangat kewirausahaan, semangat kemandirian, kreatif, dan kemampuan mengambil resiko tumbuh baik dalam pribadinya.” Diceritakan pula bahwa   dan pada usia 17 tahun telah melakukan perjalanan bisnis  ke negeri Syam bersama pamannya.

Banyak orang yang mengira bahwa kepandaian adalah segala-galanya. Dengan kepandaian, mereka mengira apapun akan bisa ditaklukkan dengan mudah. Sejarah bahkan telah membuktikan, banyak orang pandai yang hidup sebagai pecundang. Belakangan ini muncul teori psikologi kontemporer yang menyatakan: untuk mencapai kesuksesan hidup, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan IQ (Intelligent Quotient) belaka, masih ada perangkat lain yang diperlukannya, yang disebut EQ (Emotional Quotient ), yaitu kecerdasan emosional, namun setelah diadakan penelitian ternyata modal IQ dan EQ saja tidak cukup, masih ada kecerdasan lain yang diperlukan, yaitu SQ (Spiritual Quotient), yaitu kecerdasan spiritual, dan yang terbaru lagi adalah PQ (Physical Quotient), yaitu kecerdasan fisik.

Mempersiapkan anak untuk menjadi pengusaha pada saat ini,  harus ekstra hati-hati karena iklim di masyarakat sudah benar-benar mengkhawatirkan. Berbisnis atau berusaha mendapatkan keuntungan ekonomi dan lainnya adalah bagian dari bekerja. Setiap orang yang berbisnis atau bekerja akan terlibat persaingan dengan orang lain. (Kabul, 2007:58) Banyak pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan, sehingga berbuat banyak kecurangan-kecurangan, diantaranya; berbohong (lewat promosi yang menyesatkan konsumen) tentang kualitas produk yang dijual, mengurangi timbangan, saling “membunuh” usaha lawan dengan cara yang tidak fair, dsb. 

Para orangtua seharusnya membekali anaknya dengan  hadist riwayat Baihaqi;  bahwa “Sebaik-baik usaha adalah usaha orang-orang yang berniaga (pengusaha atau entrepreneur), yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanah tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela (barang yang dibelinya), jika menjual tidak memuji-muji (barang yang akan dijualnya), jika berhutang tidak menunda-nunda pembayarannya, dan jika berpiutang tidak mempersulit (orang yang berhutang)” (Kamaluddin, 2007:19).

Nabi Muhammad Saw, melalui hadist di atas mengajarkan kepada kita semua tentang profesi usaha yang paling baik, yaitu menjadi pengusaha atau entrepreneur yang bermoral. Pada hadist lain beliau mengatakan: “Para pengusaha akan dibangkitkan sebagai pendurhaka, kecuali pengusaha yang bertakwa kepada Allah, yang berlaku baik dan jujur” (HR. At-Tirmidzi). Dari dua hadist tersebut beliau mengingatkan bahwa pengusaha yang benar adalah pengusaha yang saleh , yaitu bermoral dan yang berakhlak  baik.

Kesimpulan

Menghadapi kondisi perekonomian di negeri yang semakin sulit ini, diperlukan kreativitas untuk menciptakan usaha. Banyak teori bisnis yang bisa dipelajari, baik dari pendidikan formal, non formal maupun informal. Semuanya mengajarkan bagaimana cara mendirikan usaha, menyiapkan modal, strategi pemasaran, strategi promosi dan masih banyak lagi, yang intinya adalah bagaimana cara mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimal mungkin. 


Bahkan, sebagian besar orang mengira bahwa kepandaian adalah segala-galanya dalam menjalankan suatu usaha, dan ternyata pendapat itu tidak mutlak benar. Karena, menurut rasulullah Saw, sebaik-baik pengusaha adalah yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanah tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela, jika menjual tidak memuji-muji.

Bercermin dari semua itu, sebaiknya kita mempersiapkan anak-anak kita sejak dini, untuk memiliki perilaku seperti beliau, agar kelak dapat  menjadi seorang pengusaha yang saleh, tangguh,  dan berakhlak mulia.Jika Masih kebingungan...baca kisah Dtanjung dalam memulai sebuah bisnis dengan uang pemberian sang paman pada saat lebaran sebesar Rp. 50.000 yang kini berubah menjadi puluhan juta perbulan