Menghadapi persaingan hidup yang semakin
sulit dan keras seperti sekarang ini, sering membuat seseorang
berpikir, usaha apalagi yang harus dilakukan? Pekerjaan apa lagi yang
mesti dikerjakan? Peluang apa yang masih menjanjikan? Begitulah, banyak
orang berpikir dengan keras untuk memecahkan masalah yang membelitnya.
Setiap hari harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung, sementara penghasilan yang diperoleh tetap, atau mungkin malah berkurang karena perusahaan tempat bekerja selama ini mengurangi produksinya, akibat daya beli masyarakat yang menurun. Banyak usaha yang tumbang, bangkrut atau
Setiap hari harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung, sementara penghasilan yang diperoleh tetap, atau mungkin malah berkurang karena perusahaan tempat bekerja selama ini mengurangi produksinya, akibat daya beli masyarakat yang menurun. Banyak usaha yang tumbang, bangkrut atau
gulung tikar, pengangguran di mana-mana dan angka kriminalitaspun
meningkat tajam.
Dalam kondisi krisis seperti ini, hanya orang tangguhlah yang mampu bertahan untuk terus melanjutkan usahanya. Di negeri ini, setiap tahun pendaftar CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) tiap daerah rata-rata adalah 20.000 orang. Jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang dibutuhkan daerah adalah rata-rata 200 orang. Maka persaingan menjadi pegawai negeri adalah 1:100 (Juniardi, 2007:11). Oleh sebab itu, jangan terlalu berharap untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi berpikirlah untuk menciptakan pekerjaan, yang mungkin belum tergarap dan justru diperlukan pada saat seperti ini.
Banyak orang bingung untuk memulai
sebuah usaha yang hendak ditekuninya, padahal banyak cara bisa dilakukan
untuk memulai sebuah usaha, entah sebagai usaha sampingan atau pokok.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengamati
segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya yang memungkinkan jadi peluang
bisnis, kemudian mengidentifikasi apa saja yang diperlukan, termasuk
potensi yang dimiliki.
Menjadi seorang pengusaha, sebenarnya
tidak perlu menunggu sampai terjadi krisis ekonomi dahulu, atau menunggu
seseorang lulus sekolah/kuliah, atau bahkan nanti kalau sudah dewasa.
Saat ini juga sebenarnya, para orangtua dapat mulai menyiapkan
anak-anaknya untuk menjadi seorang wirausaha, tentunya kegiatan ini
jangan sampai mengganggu tugas utamanya sebagai seorang
pelajar/mahasiswa. Jenis usaha yang dapat dilakukan, adalah usaha yang
memberikan rasa senang pada anak, jangan malah sebaliknya menjadikan
beban tersendiri bagi sang anak.
Latihan berusaha, akan melatih sang
anak, bagaimana cara mendapatkan uang dari jerih payah sendiri,
bagaimana menghadapi tantangan dan rintangan, serta bertanggung jawab
dalam membelanjakan uang. Akan tetapi yang perlu ditekankan kepada
mereka, jangan sampai karena perhitungan bisnis merubah anak menjadi
pelit, sehingga membuatnya dijauhi teman. Oleh sebab itu sejak awal
konsep wirausaha harus dibarengi juga dengan pendidikan akhlaknya, kapan
harus berdagang dan kapan harus menolong/berbagi, bagaimana menjaga
kepercayaan/kejujuran, serta bagaimana cara menyisihkan sebagian
keuntungan yang bukan menjadi haknya, agar kelak mereka dapat tumbuh
menjadi seorang wirausahawan yang tangguh dan ulet tetapi jujur dan
mulia.
Wirausaha dan Kewirausahaan
Modul Kewirausahaan Online, menjelaskan bahwa; Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan, sedangkan Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Jadi
wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan
sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan
kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang
wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Membaca pengertian diatas, jelaslah
bahwa yang diperlukan seseorang sebelum memulai usahanya adalah
semangat (motivasi) yang kuat, ketika orang tua dan anak-anak sudah
memiliki semangat yang kuat, segeralah melangkah ketahapan berikutnya
untuk merencanakan jenis usaha apa yang akan dikerjakan. Di sinilah
biasanya orang sering bingung untuk menentukan. Menurut Hakim,
(1998:104) ”Yang perlu kita lakukan pertama kali adalah memeriksa dan
berusaha mengenal diri sendiri. … siapa diri kita sebenarnya, bagaimana
sifatnya, apa saja kemampuannya, apa saja kesenangan-kesenangannya,
dsb”, dengan mengenali diri sendiri, kita akan lebih mudah menyesuaikan
bidang usaha yang akan dijalankan.
Menentukan Jenis Usaha
Menjadi pengusaha bukanlah sesuatu yang
mudah, dibutuhkan mental yang kuat, sifat yang ulet, percaya diri,
berani, tahan banting, petualang dan sikap-sikap lainnya. Oleh karena
itu untuk menjadi entrepreneur yang sukses, seseorang perlu mendapat
pengarahan visi dan mental kewirausahaan sedini mungkin dan semuda
mungkin (Kamaluddin, 2007: 20).
Bagi seseorang yang akan memulai usaha,
menemukan ide bisnis tentu tidak semudah mereka yang sehari-hari selalu
bergelut dengan peluang bisnis. Jangankan bagi pemula, bagi mereka yang
sudah mahirpun, terkadang ide bisnis yang tepat juga masih sering sulit
didapatkan. Banyak usaha yang bermula dari hal-hal yang yang sifatnya
sepele dan kurang diperhatikan orang. Persoalannya tinggal berlatih
untuk mengasah kepekaan dalam menangkap peluang bisnis. Beberapa ide
bisnis yang dapat dipelajari, menurut Pradhana, (2006:60) diantaranya:
1. Potensi Hobi
Hobi sekalipun ternyata bisa dijadikan
sumber penghasilan, masalahnya kebanyakan orang tidak menyadari potensi
bisnis dalam hobi-hobi tertentu. Bahkan kitapun masih sering secara
sukarela melakukannya tanpa berharap mendapatkan uang. Padahal beberapa
hobi tertentu memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, misal: hobi
olahraga, memasak, membuat kerajinan tangan, memperbaiki lat-alat
elektronik, dsb.
2. Keluhan Orang
Keluhan yang sering kita dengar,
hendaknya kita sikapi dengan kritis untuk menangkap solusinya. Setiap
keluhan berarti menggambarkan segmen pasar yang belum tergarap. Tugas
kita untuk mengubah keluhan menjadi peluang usaha dengan cara
menyediakan solusinya, misal: salon khusus wanita, karena bagi muslimah
tentu tidak ingin bercampur dengan kaum lelaki, jasa penitipan anak,
dsb.
3. Mencontek atau Meniru
Langkah termudah dalam usaha adalah
meniru atau mencontek bisnis orang lain. Tetapi meniru, bukan berarti
mencontek seratus persen bisnis orang lain, sebaliknya, meniru untuk
dijadikan pijakan bisnis atau menjadikannya sebagai sumber inspirasi.
Dengan melakukan penambahan dan perbaikan serta pengembangan
disana-sini, kemungkinan seseorang bisa mendapatkan formula yang terbaik
bagi bisnisnya.
4. Waralaba
Jika seseorang malas membangun sistem
bisnis dari nol, dan tidak banyak ide bisnis, maka dapat membeli
Waralaba sesuai dengan modal yang dimiliki. Waralaba adalah kerjasama
bisnis antara si pemilik asli usaha dengan orang yang akan menerapkan
bisnis yang sama persis baik segi sistem, rasa, merk, dan bahan bakunya.
Biasanya untuk menyamakan semua item tersebut, pihak pemilik bisnis
(pewaralaba) akan membuat standarisasi atau sistem yang baku, sehingga
bisa diterapkan di semua tempat pembeli waralaba (terwaralaba).
Dari beberapa ide di atas, maka orangtua
dapat segera memilih dan memilah, kira-kira bisnis apa, dan bagaimana
yang sesuai untuk anak-anaknya, dengan mendiskusikan modal apa saja
yang dimiliki, fasilitas yang harus disediakan, kemampuan, kerjasama dan
tak lupa tantangan serta segala kemungkinan yang tidak bisa diprediksi
di awal mulai menjalankan usaha.
Modal dan Mitra Usaha
Modal dan mitra usaha adalah hal yang
sangat penting bagi keberhasilan suatu usaha. Keberadaannya membuat
suatu usaha maju, masalahnya adalah bagaimana mendapatkan modal dan
bagaimana menemukan mitra yang tepat. Modal tidak selalu berarti uang,
dan mitra usaha adalah orang yang membuat rasa aman dan optimis
menjalankan usaha. Menurut Helmy Yahya (2006: 90), ”Modal itu masalah mindset,
bagaimana anda berpikir.
Jika anda berpikir bahwa modal itu uang, mata anda akan tertutup dengan segala hal lain yang berpeluang menjadi modal. Ketika mindset anda mengatakan bahwa modal itu tidak hanya uang, maka dengan serta merta bermunculanlah aneka potensi yang bisa menjadi modal.” Beberapa potensi yang bisa menjadi modal, antara lain:
Jika anda berpikir bahwa modal itu uang, mata anda akan tertutup dengan segala hal lain yang berpeluang menjadi modal. Ketika mindset anda mengatakan bahwa modal itu tidak hanya uang, maka dengan serta merta bermunculanlah aneka potensi yang bisa menjadi modal.” Beberapa potensi yang bisa menjadi modal, antara lain:
- Reputasi
Seberapa layak seseorang
dipercaya oleh orang lain dan bagaimana orang menilainya adalah sangat
penting. Reputasi adalah bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan
nilai-nilai yang diyakini. Jika seseorang yakin bahwa melayani orang
lain adalah penting, maka hidupnya akan dipenuhi oleh semangat melayani.
- Prestasi
Berarti berusaha melebihi
kemampuan, baik kemampuan diri sendiri maupun orang lain. Prestasi
adalah alat promosi terbaik bagi orang lain untuk menjalin usaha.
Prestasi tidak selalu berarti penghargaan formal, walaupun penghargaan
formal sudah pasti diberikan hanya untuk orang yang berprestasi.
- Kreativitas
Kreativitas bisa dijadikan modal. Kreativitas seringkali berhubungan dengan kecepatan. Menjadi entrepreneur mengandalkan
kecepatan menilai peluang dan mengubahnya menjadi keuntungan. Dengan
kreativitas, seseorang memiliki “harga yang berbeda” dan kreativitas
adalah proses seumur hidup, tidak boleh berhenti.
- Kejujuran
Kejujuran juga bisa menjadi modal. Kejujuran
sulit diukur, karena seseorang lebih mudah merasakan akibat dari
ketidak jujuran. Kejujuran membuat seseorang merasa aman menjalin usaha
bersamanya. Kejujuran berarti selalu berada pada ketentuan yang benar.
e. Kepintaran
Kepintaran bisa menjadi modal,
karena dengan kepintaran orang bisa mencerna masalah dengan lebih
jernih, melihat peluang dengan lebih jelas, dan melihat setiap kondisi
dengan sisi yang positif.
f. Kepercayaan
Kepercayaan adalah hal penting
dalam bisnis, jika seseorang dapat membuat percaya orang lain, berarti
itulah aset yang terbesar baginya. Kepercayaan sulit dibangun, tetapi
begitu mudah dihancurkan. Perlu usaha yang besar dan perjuangan yang
keras untuk membangun kepercayaan, walaupun hanya butuh kesalahan kecil
saja untuk menghancurkannya.
Mitra usaha yang terbaik adalah Soulmate (belahan jiwa). Soulmate,
bukanlah pasangan kekasih, atau suami istri, atau yang sejenisnya. Akan
tetapi lebih tentang kesatuan dua jiwa atau lebih yang saling memahami
tanpa harus diberitahu, saling memberi tanpa meminta, dan saling
berlomba memberikan yang terbaik, bahkan mau berkorban bagi belahan
jiwanya. Usaha keluarga, antara orangtua dan anak, diharapkan lebih
mudah menyatukan kesatuan pandangan dan pemahaman untuk menghasilkan
sesuatu yang lebih baik.
Membentuk Entrepreneur Muda yang Saleh
Keberanian adalah salah satu modal
wirausaha. Ketika seseorang menyatakan bahwa dia adalah seorang
wirausaha, maka harus berani mimpi, berani mencoba, berani merantau,
berani gagal dan berani sukses. Oleh sebab itu sajak dini, orangtua
sebaiknya sudah melatih anak-anaknya untuk belajar berjiwa usaha. Dalam
buku “Bagaimana Rasululah Saw Membangun Kerajaan Bisnis” (2007:14)
dijelaskan, “Sejak dini Muhammad Saw, telah ditempa dalam lingkungan
semangat kewirausahaan, semangat kemandirian, kreatif, dan kemampuan
mengambil resiko tumbuh baik dalam pribadinya.” Diceritakan pula bahwa dan
pada usia 17 tahun telah melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam
bersama pamannya.
Banyak orang yang mengira bahwa
kepandaian adalah segala-galanya. Dengan kepandaian, mereka mengira
apapun akan bisa ditaklukkan dengan mudah. Sejarah bahkan telah
membuktikan, banyak orang pandai yang hidup sebagai pecundang.
Belakangan ini muncul teori psikologi kontemporer yang menyatakan: untuk
mencapai kesuksesan hidup, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan IQ (Intelligent Quotient) belaka, masih ada perangkat lain yang diperlukannya, yang disebut EQ (Emotional Quotient ),
yaitu kecerdasan emosional, namun setelah diadakan penelitian ternyata
modal IQ dan EQ saja tidak cukup, masih ada kecerdasan lain yang
diperlukan, yaitu SQ (Spiritual Quotient), yaitu kecerdasan spiritual, dan yang terbaru lagi adalah PQ (Physical Quotient), yaitu kecerdasan fisik.
Mempersiapkan anak untuk menjadi
pengusaha pada saat ini, harus ekstra hati-hati karena iklim di
masyarakat sudah benar-benar mengkhawatirkan. Berbisnis atau berusaha
mendapatkan keuntungan ekonomi dan lainnya adalah bagian dari bekerja.
Setiap orang yang berbisnis atau bekerja akan terlibat persaingan dengan
orang lain. (Kabul, 2007:58) Banyak pengusaha yang hanya mementingkan
keuntungan, sehingga berbuat banyak kecurangan-kecurangan, diantaranya;
berbohong (lewat promosi yang menyesatkan konsumen) tentang kualitas
produk yang dijual, mengurangi timbangan, saling “membunuh” usaha lawan
dengan cara yang tidak fair, dsb.
Para orangtua seharusnya
membekali anaknya dengan hadist riwayat Baihaqi; bahwa “Sebaik-baik
usaha adalah usaha orang-orang yang berniaga (pengusaha atau entrepreneur),
yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanah tidak khianat, jika
berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela (barang yang
dibelinya), jika menjual tidak memuji-muji (barang yang akan dijualnya),
jika berhutang tidak menunda-nunda pembayarannya, dan jika berpiutang
tidak mempersulit (orang yang berhutang)” (Kamaluddin, 2007:19).
Nabi Muhammad Saw, melalui hadist di
atas mengajarkan kepada kita semua tentang profesi usaha yang paling
baik, yaitu menjadi pengusaha atau entrepreneur yang bermoral.
Pada hadist lain beliau mengatakan: “Para pengusaha akan dibangkitkan
sebagai pendurhaka, kecuali pengusaha yang bertakwa kepada Allah, yang
berlaku baik dan jujur” (HR. At-Tirmidzi). Dari dua hadist tersebut
beliau mengingatkan bahwa pengusaha yang benar adalah pengusaha yang
saleh , yaitu bermoral dan yang berakhlak baik.
Kesimpulan
Menghadapi kondisi perekonomian di
negeri yang semakin sulit ini, diperlukan kreativitas untuk menciptakan
usaha. Banyak teori bisnis yang bisa dipelajari, baik dari pendidikan
formal, non formal maupun informal. Semuanya mengajarkan bagaimana cara
mendirikan usaha, menyiapkan modal, strategi pemasaran, strategi promosi
dan masih banyak lagi, yang intinya adalah bagaimana cara mendapatkan
keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimal mungkin.
Bahkan, sebagian besar orang mengira bahwa kepandaian adalah segala-galanya dalam menjalankan suatu usaha, dan ternyata pendapat itu tidak mutlak benar. Karena, menurut rasulullah Saw, sebaik-baik pengusaha adalah yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanah tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela, jika menjual tidak memuji-muji.
Bahkan, sebagian besar orang mengira bahwa kepandaian adalah segala-galanya dalam menjalankan suatu usaha, dan ternyata pendapat itu tidak mutlak benar. Karena, menurut rasulullah Saw, sebaik-baik pengusaha adalah yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanah tidak khianat, jika berjanji tidak meleset, jika membeli tidak mencela, jika menjual tidak memuji-muji.
Bercermin dari semua itu, sebaiknya kita
mempersiapkan anak-anak kita sejak dini, untuk memiliki perilaku
seperti beliau, agar kelak dapat menjadi seorang pengusaha yang saleh,
tangguh, dan berakhlak mulia.Jika Masih kebingungan...baca kisah Dtanjung dalam memulai sebuah bisnis dengan uang pemberian sang paman pada saat lebaran sebesar Rp. 50.000 yang kini berubah menjadi puluhan juta perbulan