Kebangkitan Pengusaha Kelas Dunia dari Kegagalan, Kebangkrutan dan Kehancuran

Tuesday 11 January 2011 0 comments
Seberat apa kegagalan bisnis anda?
 Ada sejumlah contoh dimana kegagalan justru membuka jalan sukses berbisnis disamping tentu saja banyak kegagalan yang membawa kebangkrutan. Apa yang harus dilakukan jika kebangkrutan menimpa..?





     Jemmy Suhadi benar-benar terpukul begitu barang dagangannya habis saat kerusuhan melanda Jakarta, Sabtu, 27 Juli 1996. Kerusuhan itu bahkan hampir merengut nyawanya dan sejumlah karyawannya seandainya ia tak secepatnya mengevakuasi mereka dengan menjebol genting dan meloncat ke pekarangan rumah di sebelah.

      Sore itu, toko musik Chic's Musik di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, yang didirikannya, mulai digedor-gedor sekelompok orang yang memanfaatkan kerusuhan yang melanda Ibu Kota. Tiga gedung di sampingnya sudah mulai dilalap api. Orang-orang di depan tokonya makin beringas. Sejurus kemudian tatkala hari makin gelap, sejumlah orang mulai memboyong aneka alat musik dari dalam tokonya. Tak lama api ikut merajalela dan tokonya pun ludes.

      Semua barang dagangan itu, kata Jemmy, merupakan titipan pemasoknya dengan sistem konsinyasi. Yang makin memukulnya, saat itu industri asuransi Indonesia belum mengenal asuransi kerusuhan sehingga tak ada asuransi untuk barang-barang yang dijarah. Kerusuhan yang menimpa tokonya menelan kerugian sampai sekitar Rp 1 miliar dan kini berubah jadi utang bagi Jemmy. Seandainya saja seluruh hartanya yang berupa rumah dan mobil ia jual, paling hanya terkumpul Rp 250 jutaan, tak cukup untuk menutupi utang tersebut. Dengan kondisi seperti itu Jemmy tengah menuju kebangkrutan.

      Tetapi keajaiban terjadi. Tahu bahwa toko Jemmy ludes para pemasoknya datang menyemangatinya agar bangkit. Jemmy yang terpukul kemudian menyewa toko baru di Jalan Pemuda, Jakarta Timur. Tak sampai tiga bulan, 1 Oktober 1996, toko Chic's Musik baru pun berdiri dengan jumlah barang dagangan yang justru lebih banyak dibanding yang habis terbakar itu. Menurut Jemmy, nilainya sekitar Rp 1,5 miliar. “Ini Tuhan yang mengatur,” ujarnya. Sejak itulah Chic's Musik berkembang pesat.

"Bangkit dari kubur, barangkali bisa cocok diberikan pada kondisi seperti yang pernah di alami Jemmy". 


    Pada kondisi tersebut bisnis Jemmy sudah hampir mati. Siapa menduga ia bisa bangkit secepat itu dan kini menjelma menjadi perusahaan alat musik dan pendidikan musik besar di Indonesia. Jumlah cabangnya sudah sembilan dengan ribuan murid yang pernah belajar musik di berbagai cabangnya. Tak banyak pengusaha Indonesia yang bisa bangkit seperti itu tatkala kebangkrutan sudah di depan mata.

       Kunci kebangkitan Jemmy karena ia sudah menanam bibit bagus saat mengelola bisnis sebelum kejadian tersebut. Ia dikenal jujur dan gigih mengelola bisnis. Tanpa bekal itu tak mungkin para pemasoknya mau mendorongnya lagi untuk membangkitan bisnisnya yang hancur dan mau menitipkan barangnya di toko Jemmy.


    Bangkit ala Donald Trump

    Di tatanan dunia kebangkitan paling menakjubkan pernah dialami Donald Trump. Pengusaha properti terkenal ini benar-benar jatuh dengan utang US$ 3,5 miliar di awal dekade 1990-an. Namun dengan kepandaiannya bernegosiasi ia bisa bangkit lagi. Kebangkitannya malah disebut-sebut sebagai salah satu kebangkitan bisnis paling menakjubkan.

    Tahun 1990 resesi melanda Amerika Serikat (AS). Bisnis properti oleng. Harga saham industri ini terus turun secara signifikan. Donald Trump yang saat itu disebut-sebut memiliki kekayaan US$ 1,7 miliar (Rp 3,4 triliun dengan kurs Rp 2.000/US$ saat itu), kembang-kempis. Salah satu propertinya yang paling menyedot investasi adalah kasino Taj Mahal yang meminjam uang bank sekitar US$ 1 miliar plus bunga tinggi.

         Tahun 1991 utangnya makin membengkak. Bank-bank pendukungnya makin gelisah. Tahun 1992 untuk menyelamatkan hotel mewahnya yang sudah kesulitan membayar tagihan, Trump Plaza Hotel, Trump merencanakan paket perlindungan dari kebangkrutan dengan menyerahkan 49% sahamnya ke bank-bank penyandang dananya dengan syarat ia tetap duduk di kursi Chief Executive meski tanpa bayaran. Tahun 1994 utang Trump sudah mencapai US$ 3,5 miliar. Namun dengan sejumlah jurus negosiasinya yang piawai, ia bisa meyakinkan pemberi kreditnya. Trump selamat hingga industri properti kemudian pulih.

      Setelah ia kembali menjadi raja properti Trump tak cuma bergelut di bisnis properti. Tahun 2004 ia mencoba peruntungan di bisnis lain dengan menjadi produser eksekutif untuk program televisi The Apprentice yang terkenal itu dan sempat masuk ke televisi Indonesia. Kemudian mendirikan Trump University, menyelenggarakan Miss Universe, dan lain sebagainya, yang sudah pasti menambah koceknya. Dengan langkah-langkah tersebut kekayaannya terus meningkat. Tahun 2007 lalu kekayaannya disebut-sebut sudah mencapai US$ 2,7 miliar (sekitar Rp 24,3 triliun dengan kurs Rp 9.000/US$).

      Kebangkitan Trump itu memang luar biasa. Tak heran jika caranya berkelit dari kebangkrutan dijadikan rujukan oleh banyak orang. Buku Trump pun laris. Majalah Entrepreneur menempatkan Trump pada posisi pertama kategori pengusaha yang “Back from the Brink” (Bangkit dari Jurang Kehancuran) tahun lalu.

        Usaha Rawan di Tiga Tahun Pertama

      Mungkin Anda pernah gagal. Mungkin tak seburuk itu. Mungkin hanya sepele tapi cukup memukul secara mental. Dan jika Anda karyawan yang baru terjun ke bisnis, kegagalan itu bisa memukul mundur dan menganggap Anda tak cocok jadi pengusaha. Lalu memutuskan kembali ke kuadran pertama jadi karyawan.

    Jika kejadian itu terjadi pada bulan-bulan pertama jadi pengusaha, kembali jadi karyawan barangkali tak terlalu sulit karena pengalaman dan pengetahuan masih segar serta keterampilan masih belum kaku. Tetapi jika itu terjadi pada tahun ketiga, ceritanya bisa lain. Bisa-bisa mendatangkan malapetaka baru bagi kehidupan rumah tangga karena pekerjaan tak dapat bisnis juga tak jalan.

    Seorang pengusaha bakso dalam bukunya baru-baru ini mengingatkan karyawan yang ingin mengubah profesi jadi pengusaha untuk tidak langsung “cabut” dari posisinya sebagai karyawan. Lebih baik mencoba dulu jadi “amfibi”alias karyawan yang merangkap jadi pengusaha. Tentu saja harus pandai-pandai mengatur waktu dan hubungan baik dengan bos di kantor karena banyak pula kantor yang melarang karyawannya memiliki kesibukan lain selain bekerja meski gaji kurang memadai.

        Lalu apa sebenarnya poin yang menjadi penyebab kegagalan itu? Jika ditanyakan pada seribu pengusaha, maka akan datang lebih dari seribu kisah kegagalan. Ini menandakan, kegagalan (di tahap apa pun dan sebesar apa pun) merupakan bagian dari perjalanan pengusaha. Sampai-sampai ada pepatah yang menyebutkan bahwa belum jadi pengusaha kalau belum pernah gagal. Malah jika gagalnya baru sekali-dua kali masih juga belum layak disebut pengusaha.

   Kegagalan mungkin menyebabkan seseorang mengalami kerugian yang menyebabkan usahanya harus ditutup. Menurut sejumlah riset kegagalan seperti ini paling banyak terjadi pada tiga tahun pertama. Ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia. Karena itu pada periode inilah pengusaha sering beralih-alih jenis usaha. Hanya pengusaha yang tahan banting yang akan terus mencoba. Jika usaha pertama gagal dan bangkrut, dicobanya berusaha di bidang lain. Bangkrut lagi, coba lagi yang lain. Kelak jika satu jenis usaha sudah cocok, akan menjadi pintu gerbang menuju suksesnya.

  
Raja Factory Outlet (FO) Perry Tristiantono juga pernah berganti-ganti usaha pada tiga tahun pertamanya mengelola bisnis sendiri. Setelah itu bisnisnya terus membaik. Seperti ditulis majalah Warta Bisnis beberapa waktu lalu, pada tahun 1990, setelah mencoba usaha di bidang T-shirt dan perusahaan rekaman ia mencoba membuka toko jins di kawasan Cihampelas Bandung dengan menggunakan merek Blue Note. Saat itu bisnis jins memang sedang booming di Cihampelas dan ia pun kecipratan berkah. Perry sampai menambah tokonya menjadi enam.


     Tapi booming bisnis jins di kawasan itu segera meredup. Untungnya Perry menangkap lebih dulu kecenderungan itu. Tahun 1992 ia mencari terobosan dan menemukan peluang saat melihat penetrasi gerai Indomaret yang gencar ke pelosok. Dalam pikirannya, pembukaan gerai Indomaret sudah pasti melalui survei pasar. Jika mengikutinya ia akan menemukan pasar baru. Maka ia pun mendirikan gerai jins di samping Indomaret. Ternyata strateginya benar. Perry sampai memiliki 17 gerai saat itu.

      Tahun 1995 ia menemukan celah lain. Menurut dia, saat itu banyak produsen pakaian bermerk yang selalu melebihkan produksinya. Sisa produksi berupa pakaian berkualitas yang reject untuk diekspor itulah yang kemudian dibeli Perry dengan harga murah dan dipajang di gerainya. Inilah awal rintisannya membangun FO. Dengan berani ia meminjam modal sampai Rp 250 juta ke Bank Danamon. Dengan modal itu ia mendirikan FO dengan nama Big Price Cut. Sejak itulah nama Perry disebut-sebut sebagai jagoan di bisnis FO. Suksesnya lalu diikuti pengusaha lain karena ternyata bisnis FO cukup menggiurkan.

      Belakangan, Perry mendapat julukan sebagai “Raja FO” karena banyaknya FO yang ia dirikan. Sekarang bisnisnya tak hanya di FO. Tahun lalu, antara lain, ia mencoba bisnis makanan dengan mendirikan Rumah Sosis. Kepakan sayap bisnisnya yang luas itu tak akan terjadi jika ia sudah mengalah saat pasar mempermainkannya dulu.

      Pendiri jaringan gerai Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara, Wahyu Saidi, juga mengalami hal yang sama. Awal tahun 1998 ia masih jadi manajer proyek pembangunan jalan tol Pondok Indah-Jagorawi dan jalan tol Kalimalang Jakarta. Namun krisis membuat perusahaannya mengalami kesulitan. Ia pun memutuskan keluar dari perusahaan itu dan mencoba berbisnis. Tentunya tak langsung sukses. Dalam tiga tahun pertama ia sudah mencoba bisnis tanam cabe, buncis, peternakan ayam, dan rumah makan ikan patin.

     Kegagalan-kegagalan di usaha itu membuatnya terus berpikir. Yang ia tahu, bisnis makanan sangat menggiurkan karena keuntungannya bisa mencapai 100% dari bahan bakunya. Akhirnya ia menemukan bahwa bisnis makanan yang menguntungkan adalah yang bisa dimakan di pagi hari, siang, sore, serta malam dan bisa dimakan siapa saja (anak-anak dan dewasa). Restoran ikan patin yang pernah dicobanya tak mau lagi ia jalankan karena umumnya dimakan pada malam hari dan hanya orang dewasa yang memakannya karena harganya mahal. Setelah sekian daftar dicoret akhirnya Wahyu ketemu bakmi.

      Hanya saja ia tak langsung jualan bakmi ketika pilihan itu ia putuskan. Ia harus mencari resep yang enak dulu untuk memulai jualan bakmi. Nah, segala upaya ia jalankan untuk menemukan rasa bakmi seperti Bakmi GM, yang menurutnya paling enak. Konon, Wahyu harus mengeluarkan dana sampai Rp 200 juta untuk mendapatkan resep bakmi ala Bakmi GM itu. Upaya itu ternyata berhasil. Begitu Bakmi Langgara pertama kali ia buka di Menara Kadin langsung laris. 

    Tak lama buka cabang di RS Persahabatan Jakarta Timur. Setelah itu cabang-cabang baru bermunculan dengan nama Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet. Apalagi ia mencoba mengadopsi konsep franchise, maka dalam tempo kurang tiga tahun (April 2004) jumlah cabangnya sudah mencapai 50. Sekarang jaringan Bakmi Tebet dan Langgara merupakan jaringan restoran bakmi salah satu yang terbesar di Indonesia dengan 100-an cabang.

        Sebenarnya, pada awalnya berbisnis Wahyu mengaku masih tergoda untuk jadi karyawan. Bahkan ketika Bakmi Tebet (Langgara) sudah beroperasi godaan itu masih ada. “Waktu cabang masih satu, jika ada yang menawari pekerjaan pasti saya ambil. Ketika cabang sudah tiga, saya masih terpikirkan untuk bekerja (jadi karyawan). Namun ketika cabang sudah sepuluh ditawari jabatan direktur pun saya tak akan mau,” ujarnya dalam suatu seminar. Pernyataan itu ia tulis juga dalam bukunya (Doktor ‘Gila’ Jualan Bakmi Tebet).


           Belajar dari Kegagalan Pengusaha Lain

      Sebenarnya apa rahasia kebangkitan mereka? Meski tak mau detail menjelaskannya, intinya mereka tak terpaku pada kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Nikmatin saja,” ujar Wahyu Saidi. Seperti juga Wahyu Saidi, menurut Bimada yang sukses mengembangkan jaringan gerai Bakmi Raos dan belasan restoran Cippes serta sebuah perusahaan freight forwarding, kegagalan-kegagalan itu merupakan proses menuju sukses. Bimada masih tenang-tenang saja meski tahun 2007 lalu bisnis freight forwarding-nya sampai rugi Rp 2 miliaran.

        Nah, jika masih punya modal barangkali masih bisa nafas. Lalu bagaimana jika modal pun tandas dan kecenderungannya tengah menuju bangkrut? Upaya seperti Donald Trump boleh dicoba. Seperti ditulis majalah Entrepreneur, Trump justru menggunakan kemungkinan bangkrutnya sebagai alat bernegosiasi dengan bank pemberi kreditnya. Lalu bank pun memberi kesempatan Trump menjalankan bisnisnya sampai usahanya pulih lagi.

"Jika dilihat nilainya, kebangkrutan bernilai triliun rupiah yang dialami Donald Trump seperti jurang yang tak bertepi. Ternyata Trump berhasil melewatinya. Nah, selebar apa jurang kegagalan yang tengah Anda hadapi?  Sekarang banyak bahan pelajaran dan referensi yang bisa diambil sebagai pendorong untuk bangkit". 

    Bisa dengan buku yang mengisahkan dan menyajikan tips, bisa dari majalah yang mengupas kisah-kisah sukses para pengusaha dan mengintip kiatnya bangun dari keterpurukan. Bisa pula bergabung dengan komunitas bisnis yang mulai banyak jumlahnya. Atau ikut seminar bisnis. Atau bisa juga menelusurinya melalui internet dan temukan kisah-kisah itu dari berita media internet atau blog pengusaha bersangkutan. Dengan cara begini, selain mendapatkan tips-tips berharga, kita bisa keluar dari melakukan kesalahan serupa. Kalaupun kegagalan itu kemudian terjadi pula, waktu keterpurukannya bisa jadi lebih pendek dan kerugiannya bisa jadi lebih kecil. Ayo bangkit, mumpung tahun baru masih di awal! 

(Majalah DUIT Edisi No 01/III/Januari 2008)

0 comments: